Jogja
Rabu, 30 Desember 2015 - 01:20 WIB

KAMPUS JOGJA : Pengangguran di Indonesia Tinggi, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengangguran ilustrasi

Kampus Jogja untuk lulusannnya didorong mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Harianjogja.com, JOGJA – Lulusan perguruan tinggi jangan berorientasi menjadi pegawai tetapi harus menciptakan pekerjaan dengan menjadi wiraswasta, kata Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid.

Advertisement

“Dengan menjadi wiraswasta, berbagai jabatan prestisius pada akhirnya juga bisa dimasuki. Presiden dan Wakil Presiden RI sekarang juga muncul dari kalangan pengusaha,” katanya di Yogyakarta, seperti dilansir dari Antara Selasa (29/12/2015).

Menurut dia, berbagai jabatan lain yang dulu langka bisa dimasuki pengusaha seperti menteri, ketua dan anggota parlemen, dan jabatan bergengsi lainnya kini banyak dipegang mereka yang berprofesi sebagai pengusaha.

Advertisement

Menurut dia, berbagai jabatan lain yang dulu langka bisa dimasuki pengusaha seperti menteri, ketua dan anggota parlemen, dan jabatan bergengsi lainnya kini banyak dipegang mereka yang berprofesi sebagai pengusaha.

“Jadi, pengusaha tidak lagi seolah dianggap sebagai pekerjaan kelas dua,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.

Oleh karena itu, kata dia, saat ini merupakan momentum tepat untuk membentuk pola pikir masyarakat agar tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja. Apalagi bermental priyayi yang hanya ingin menjadi pegawai negeri.

Advertisement

Ia mengatakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2015 menapak 7,56 juta orang atau 6,18 persen dari total 122,4 juta orang angkatan kerja.

“Angka itu mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 2015 sebesar 5,81 persen dan TPT Agustus 2014 sebesar 5,94 persen. Sekitar 600 ribu penganggur terbuka itu lulusan perguruan tinggi baik diploma maupun sarjana,” katanya.

Menurut dia, pengangguran terbuka yang diluluskan perguruan tinggi masih relatif banyak dari jumlah angkatan kerja di Indonesia. Hal itu menunjukkan penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi cenderung lambat sehingga menyuburkan pengangguran berlabel sarjana.

Advertisement

“Banyaknya pengangguran tersebut bisa jadi karena rendahnya kompetensi dan minimnya ‘soft skills’ yang dimiliki oleh calon tenaga kerja sehingga alokasi lapangan pekerjaan tidak sepenuhnya terpenuhi. Selain itu juga masih melekatnya mentalitas untuk mencari pekerjaan ketimbang menciptakan pekerjaan sendiri,” katanya.

Dalam menghadapi dunia kerja tersebut, kata dia, lulusan perguruan tinggi memang tidak harus melamar menjadi tenaga kerja, melainkan juga bisa dengan menjadi pengusaha.

“Dengan menjadi pengusaha, selain akan berkontribusi dalam pembangunan bangsa juga memiliki nilai mulia serta mampu menciptakan lapangan kerja,” kata Edy.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif