News
Selasa, 29 Desember 2015 - 06:15 WIB

GURU BESAR UNS : Hari Ini Dikukuhkan, Narsen Afatara Jadi Guru Besar ke-175 UNS

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Narsen Afatara (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Guru besar UNS bertambah satu lagi yakni Narsen Afatara.

Solopos.com, SOLO – Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengukuhkan Narsen Afatara sebagai guru besar, Selasa (29/12/2015), di Auditorium UNS. Narsen akan menjadi guru besar ke-175 UNS sekaligus guru besar kedua di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS.

Advertisement

Saat menggelar jumpa wartawan di Rumah Makan Ralana Solo, Senin (28/12/2015), Narsen mengemukakan pencapaian gelar guru besar melalui proses cukup panjang.

Narsen menjelaskan dirinya menjadi guru besar atau profesor penciptaan dan pengkajian seni pertama yang lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja. Saat meraih gelar doktor, ia juga merupakan doktor penciptaan dan pengkajian seni pertama lulusan ISI Jogja.

Dalam upacara pengukuhannya sebagai guru besar tersebut, Narsen akan membacakan pidato pengukuhannya yang berjudul Abstraksi Biomorfis Sebagai Simbol Ketidakberdayaan Manusia (Seni Rupa Kontemporer Indonesia).

Advertisement

Melalui pidatonya tersebut, Narsen mengungkapkan tentang problem dalam penciptaan karya seni dan penciptaan karya Abstraksi Biomorfis Sebagai Simbol Ketidakberdayaan Manusia.

Menurut Narsen, bangunan dasar kreativitas perupa dalam menghadapi tradisi barunya mengikuti semangat zamannya, dalam hal ini adalah semangat zaman perupa kontemporer Indonesia. Penentuan seseorang menjadi perupa kontemporer adalah bagimana secara bersama-sama mengatur kehidupan seni rupa degan suatu alur kesejarahan yang jelas.

“Abstraksi Biomorfis tepat untuk dipilih sebagai subyek penciptaan dalam mengisi ketidakjelasan kehadiran seni rupa dengan ukuran-ukuran pragmatis dan artifisial,” paparnya kepada wartawan.

Advertisement

Mereprestasikan Abstraksi Biomorfis menjadi karya-karya yang representatif dan mengaktualisasikan jiwa zaman dengan memahami sepenuhnya muatan pesan-pesan yang ada, merupakan ekspresi simbolis tentang ketidakberdayaan manusia di dunia.

Bentuk statisnya adalah karya yang secara fisik, bisa dilihat, diraba yang juga berupa karya karya tiga dimensi yang terbuat dari logam tembaga.

“Sedangkan bentuk dinamisnya adalah abstraksi biomorfis yang merupakan karya tiga dimensi dan bergerak tanpa henti dengan menunjukkan nuansa-nuansa perubahan bentuknya,” kata dia

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif