Jatim
Selasa, 22 Desember 2015 - 09:05 WIB

HARGA KEBUTUHAN POKOK : Perajin Tahu Abaikan Fluktuasi Harga Kedelai

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin tahu bundar di Bojonegoro. (JIBI/Solopos/Antara/Slamet Agus Sudarmojo)

Harga kebutuhan pokok jenis kedelai yang terus melambung tak membuat perajin tahu dan tempe di Bojonegoro berhenti berproduksi.

Madiunpos.com, BOJONEGORO — Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menyatakan tekad bertahan untuk tetap berproduksi dan tidak terpengaruh harga kedelai impor dan lokal yang kini cenderung naik harganya.

Advertisement

“Perajin tahu dan tempe tidak ada yang berhenti berproduksi. Meskipun harga kedelai impor dan lokal cenderung naik,” kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Bojonegoro, Arifin, di Bojonegoro, Sabtu (19/12/2015).

Ia menyebutkan harga kebutuhan pokok jenis kedelai impor sempat naik dari Rp7.000/kg menjadi Rp7.200/kg, sedangkan kedelai lokal yang semula Rp6.800/kg, naik menjadi Rp7.000/kg, dua pekan lalu.

Tapi, lanjut dia, kenaikan harga baru kedelai impor dan lokal itu hanya sempat bertahan selama sepekan. Harga kebutuhan pokok itu lalu turun lagi masing-masing menjadi Rp7.000/kg dan Rp6.800/kg, sepekan lalu.

Advertisement

“Meskipun nanti harga kedelai naik lagi, biasanya perajin tetap bertahan dengan harga penjualan ke konsumen, dengan risiko keuntungan berkurang,” ucapnya.

Begitu pula, menurut dia, perajin tahu tidak ada yang berani mengurangi porsi penjualan tahu ke konsumen, khawatir tidak laku. “Kenaikan harga kedelai impor selama ini selalu dipengaruhi naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat,” katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan perajin tahu yang menjadi anggotanya dengan jumlah 150 perajin termasuk perajin tempe dalam membuat tahu memanfaatkan kedelai impor 70% dan kedelai lokal 30%.

Advertisement

Ia memberikan gambaran dirinya masih mampu menjual tahu dengan bahan kedelai 1,5 kuintal dan tempe 25 kg /hari. “Saya bisa menjual tahu dengan bahan kedelai 1 kuintal per harinya,” imbuh Ny. Marfuah, perajin lainnya.

Marfuah menambakan produksi tahu dan tempe yang menjadi anggota paguyuban, selain memenuhi kebutuhan lokal, juga dijual ke luar kota, seperti ke Babat, Lamongan dan Cepu, Jawa Tengah. “Sekarang kami juga harus bersaing dengan perajin tahu Sumedang, Jawa Barat, yang mulai berproduksi di Bojonegoro,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif