Soloraya
Minggu, 20 Desember 2015 - 19:00 WIB

PENANGKAPAN TERDUGA TERORIS : Warga Sukoharjo Ini Diduga Kelompok Radikal dari Jaringan Baru

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga melihat lubang tanah yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang diduga untuk merakit bom di sekitar musala rumah terduga teroris Budianto, di Dusun Sepat, Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Sabtu (19/12/2015). Kondisi rumah terduga teroris, Budianto yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. (Bony Eko W/JIBI/Solopos)

Penangkapan terduga teroris, Abu Jundi diduga dari jaringan baru.

Solopos.com, SUKOHARJO–Budianto alias Abu Jundi alias Abdul Karim, 35, yang ditangkap aparat Densus 88/Antiteror di Sukoharjo dan dua temannya yang ditangkap di Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (19/12/2015), disebut sebagai kelompok radikal dari jaringan baru. Di sisi lain polisi memastikan banyak barang bukti yang disita dari tempat tinggal Budianto merupakan bahan bom.

Advertisement

Pengamat terorisme dari Lembaga Riset Amir Institut, Dr. Amir Mahmud, tidak melihat kelompok Budianto berkaitan dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) maupun jaringan teroris Poso.
Menurut dia, kelompok Budianto merupakan jaringan baru yang berusaha melakukan perlawanan atas kondisi tertentu. Dia menyebut aksi mereka terinspirasi dari berbagai konflik yang terjadi Indonesia dan negara lain terutama konflik yang muncul akibat penistaan agama.

Amir menilai kelompok yang didasari semangat tersebut bergerak di bawah tanah.

“Ada masjid dibakar, ada pembantaian, ada pelarangan perempuan berjilbab. Kejadian-kejadian seperti itu memberi semangat bagi orang-orang tertentu melakukan perlawanan riil. Mereka menganggap aksi teror merupakan solusi karena konflik-konflik yang terjadi tidak terselesaikan dengan baik,” kata Amir saat dihubungi Solopos.com, Minggu (20/12/2015).

Advertisement

Selain itu dia juga melihat indikasi bahwa kelompok seperti itu sengaja dibentuk. Analisisnya berdasar karakter pengungkapan kasus yang dilaksanakan pada momen-momen tertentu.

Dia mencontohkan adanya pola pengungkapan kasus setiap akhir tahun.

“Kesannya memang sengaja dibentuk. Indikatornya sangat jelas. Saya menyayangkan setiap tahun aparat secara terbuka mengungkapkan teroris berencana melancarkan aksi saat Natal dan sebagainya. Tanpa diarahkan pun masyarakat akan menganggap umat Islam ada di balik rencana itu. Hal seperti itu seharusnya tidak dilakukan,” imbuh Amir.

Advertisement

Sementara itu, Kapolres Sukoharjo, AKBP Andy Rifai, memastikan banyak di antara barang bukti yang disita dari tempat tinggal Budianto di Sepat RT 002/RW 003, Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Sukoharjo merupakan material yang bisa dibuat bahan bom. Namun, apabila bahan tersebut dirangkai belum bisa menjadi bom. Material itu seperti urea, gotri, kabel-kabel, dan baterai. Barang bukti tersebut diduga kuat untuk kegiatan yang mengarah pada aksi teror.

“Ini artinya ancaman teror sudah nyata. Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Kalau ada orang tak dikenal masuk kampung dan mencurigakan, segera melapor ke polisi,” kata Andy.

Atas kondisi tersebut Polres Sukoharjo bakal meningkatkan pengamanan Natal dan Tahun Baru, baik dari sisi jumlah personel dan kegiatannya. Selain itu polisi juga akan meningkatkan koordinasi dengan RT, RW, tokoh masyarakat, dan unsur TNI di Sukoharjo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif