Soloraya
Sabtu, 19 Desember 2015 - 01:00 WIB

DEMAM BERDARAH SUKOHARJO : Daerah Endemis DBD di Sukoharjo Bertambah 30 Desa dan Kelurahan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Informasi Pencegahan Demam Berdarah (Dok/JIBI/Solopos)

Demam berdarah Sukoharjo, lokasi endemis bertambah menjadi 30 desa/kelurahan.

Solopos.com, SUKOHARJO–Jumlah daerah yang masuk kategori endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Sukoharjo bertambah 30 desa/kelurahan. Sebelumnya, jumlah wilayah endemis penyakit DBD sebanyak 16 desa/kelurahan kini menjadi 46 desa/kelurahan.

Advertisement

Kepala Seksi (Kasi) Pengendalian Penyakit Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK Sukoharjo, Bambang Sudiyono, mengatakan jumlah wilayah endemis penyakit DBD pada akhir 2014 sebanyak 16 desa/kelurahan. Sementara pada akhir tahun ini, jumlah wilayah endemis penyakit DBD sebanyak 46 desa/kelurahan.

“Ada penambahan yang signifikan sekitar 30 desa/kelurahan yang masuk endemis penyakit DBD,” kata dia kepada Solopos.com, Jumat (18/12/2015).

Menurut dia, wilayah yang masuk kategori endemis penyakit DBD lantaran terdapat kasus DBD selama tiga tahun berturut-turut. Selama kurun waktu 2015, terdapat kasus penyakit DBD di puluhan desa/kelurahan di Kabupaten Jamu. Desa/kelurahan endemis penyakit DBD tersebar di 12 kecamatan se-Sukoharjo.

Advertisement

“Kami sudah menganalisis kasus penyakit DBD di 167 desa/kelurahan. Di setiap kecamatan dipastikan ada desa/kelurahan yang masuk kategori endemis penyakit DBD,” papar dia.

Jumlah kasus penyakit DBD tahun ini meningkat dibanding tahun lalu. Selama 2014, jumlah kasus penyakit DBD sebanyak 220 kasus. Sementara jumlah kasus penyakit DBD hingga pertengahan Desember sekitar 320 kasus.

“Tahun lalu, jumlah penderita yang meninggal dunia sebanyak 10 orang sementara tahun ini hanya tujuh orang. Mayoritas penderita penyakit DBD yang meninggal dunia dari kalangangan anak-anak,” papar Bambang.

Advertisement

Dia memperkirakan jumlah kasus penyakit DBD meningkat selama musim penghujan. Nyamuk aedes aegyti dapat berkembang biak secara cepat di tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi dan pot bunga.

Kader kesehatan di setiap kecamatan akan dioptimalkan untuk mengantisipasi penularan penyakit DBD. Mereka akan dibantu para juru pemantau jentik (jumantik) yang bertugas memantau kondisi bak mandi dan tempat penampuang air lainnya di permukiman penduduk.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif