Soloraya
Jumat, 18 Desember 2015 - 17:15 WIB

PERTANIAN SUKOHARJO : MT I, Stok Pupuk Bersubsidi Sukoharjo 10.052,8 Ton

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pupuk bersubsidi (JIBI/Solopos/Dok.)

Pertanian Sukoharjo mengupas ketersediaan pupuk bersubsidi yang diklaim aman.

Solopos.com, SUKOHARJO – Stok pupuk bersubsidi di wilayah Sukoharjo selama masa tanam (MT) I dijamin aman. Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo menyediakan pupuk bersubsidi sebanyak 10.052,8 ton.

Advertisement

Kepala Dispertan Sukoharjo, Netty Harjanti, mengatakan mayoritas lahan pertanian mulai ditanami padi pada MT I seiring memasuki musim penghujan. Saat awal MT, tanaman padi sangat membutuhkan pupuk. Apabila kekurangan pupuk, pertumbuhan tanaman padi bakal terhambat dan berimplikasi pada penurunan tingkat produksi padi.

“Ada sekitar 15.000 hektare sawah yang mulai ditanami padi saat MT I. Saya pikir jumlah stok pupuk bersubsidi sangat memadai hingga akhir tahun,” kata dia, Kamis (17/12/2015).

Advertisement

“Ada sekitar 15.000 hektare sawah yang mulai ditanami padi saat MT I. Saya pikir jumlah stok pupuk bersubsidi sangat memadai hingga akhir tahun,” kata dia, Kamis (17/12/2015).

Dia memerinci jumlah persediaan pupuk bersubsidi di Kabupaten Jamu yakni urea sebanyak 3.446,3 ton, ZA sebanyak 2.008,5 ton, SP 36 sebanyak 557 ton, NPK 3.179 ton. Selain itu, ada pupuk organik sebanyak 862 ton.

Pupuk bersubsidi disalurkan langsung ke setiap gabungan kelompok tani (gapoktan). Setiap gapoktan wajib menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok tani (RDKK) yang berisi kebutuhan pupuk bersubsidi.

Advertisement

Apabila pupuk bersubsidi yang disalurkan ke gapoktan kurang maka diambil dari kecamatan lainnya. Dengan demikian, penyaluran pupuk bersubsidi merata di 12 kecamatan se-Sukoharjo. Selama tahun ini, belum ada laporan mengenai kelangkaan pupuk bersubsidi di tingkat petani.

Setiap kelompok tani harus mengestimasi kebutuhan pupuk bersubsidi. Hal ini dilakukan agar pembagian pupuk bersubsidi kepada anggota kelompok tani merata. “Tergantung luasan areal persawahan, semakin luas sawah maka semakin banyak jumlah pupuk yang dibutuhkan,” terang dia.

Dia menambahkan sawah tadah hujan di wilayah pinggiran juga mulai ditanami padi. Sawah tadah hujan sangat bergantung pada cuaca. Para petani yang memiliki sawah tadah hujan hanya bercocok tanam saat musim penghujan.

Advertisement

“Sawah tadah hujan dibiarkan tak ditanami alias bera selama musim kemarau karena tak ada pasokan air. Nah, sekarang sudah ada pasokan air sehingga mulai ditanami padi,” tambah dia.

Di sisi lain, seorang petani asal Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sunarto, 42, meminta pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi diperketat. Dia tak ingin ada penyelewengan penyaluran pupuk bersubsidi yang merugikan para petani.

Menurut dia, untuk sekali masa tanam (MT) padi membutuhkan beberapa sak pupuk urea bersubsidi. Sunarto juga meminta jatah pupuk bersubsidi ditambah.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif