Soloraya
Kamis, 17 Desember 2015 - 06:40 WIB

BANTUAN PENDIDIKAN SRAGEN : Penyaluran PIP di SDN 1 Dawung Ricuh, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kartu Indonesia Pintar (KIP). (JIBI/Solopos/Antara/Dewi Fajriani)

Bantuan pendidikan Sragen, kericuhan terjadi karena pihak sekolah akan membagikan secara kolektif.

Solopos.com, SRAGEN–Penyaluran bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) di SDN 1 Dawung, Kecamatan Sambirejo, Sragen, diwarnai keributan, Selasa (15/12/2015).  Sebuah kaca meja pecah setelah dipukul orang tua siswa yang memprotes kebijakan sekolah yang berencana menyalurkan PIP secara kolektif.

Advertisement

Purwanto, salah satu orang tua siswa mengatakan ratusan warga mendatangi SDN 1 Dawung pada Selasa pagi. Mereka mempertanyakan kebijakan Kepala SDN 1 Dawung, Suparno, yang ingin menyalurkan PIP secara kolektif oleh sekolah.  Orang tua siswa menginginkan PIP bisa dicairkan sendiri untuk memenuhi kebutuhan siswa. Orang tua siswa beralasan penyaluran PIP oleh siswa secara langsung bisa lebih efektif. Belajar dari pengamalan, kata Purwanto, penyaluran bantuan siswa miskin (BSM) pada tahun lalu dilakukan secara kolektif oleh sekolah. BSM itu tersimpan bank atas nama siswa, sementara buku rekening dipegang pihak sekolah.

“Kalau butuh sepatu atau tas sekolah, siswa tersebut diajak mengambil uang ke bank lalu diajak ke pasar atau toko untuk membelanjakannya. Itu lebih ribet. Apalagi kalau ada sisa tabungan di buku rekening, ternyata tidak bisa diambil. Itu kan muspra,” jelas Purwanto saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Dusun Jatiwangi, Desa Dawung, Rabu (16/12/2015).

Advertisement

“Kalau butuh sepatu atau tas sekolah, siswa tersebut diajak mengambil uang ke bank lalu diajak ke pasar atau toko untuk membelanjakannya. Itu lebih ribet. Apalagi kalau ada sisa tabungan di buku rekening, ternyata tidak bisa diambil. Itu kan muspra,” jelas Purwanto saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Dusun Jatiwangi, Desa Dawung, Rabu (16/12/2015).

Atas dasar itu, orang tua siswa mendesak Suparno bisa menyalurkan PIP secara langsung kepada siswa. Akan tetapi, keinginan orang tua siswa itu ditentang Suparno saat mereka menggelar audiensi.

“Saat itu, Pak Suparno berkukuh akan menyalurkan PIP secara kolektif. Karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan, ada salah satu orang tua siswa yang terpengaruh emosi sesaat. Dia menyenggol kaca meja hingga pecah,” kata Purwanto.

Advertisement

Ditemui di kantornya, Kepala SDN 1 Dawung, Suparno, mengatakan masalah yang terjadi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

”Sudah selesai. Saya tidak ingin memperpanjang masalah itu. Saya masih membutuhkan orang tua siswa dan mungkin orang tua siswa juga masih membutuhkan sekolah,” kata Suparno.

Soal penolakan penyaluran PIP secara kolektif, Suparno berdalih kebijakan itu sudah dilakukan sekolah dari tahun lalu atau sejak ada program BSM. Dia tidak mempermasalahkan orang tua siswa menginginkan pencairan PIP secara langsung kepada siswa.

Advertisement

”Yang jelas tidak ada indikasi negatif dari saya pribadi maupun dari pihak sekolah,” ujarnya.

Suparno menjelaskan jumlah siswa yang mendapat PIP mencapai 149 anak. Sebelumnya dia mengajukan berkas sebanyak 160 anak untuk mendapat PIP, namun hanya 149 yang disetujui.

”Masing-masing siswa mendapat PIP berbeda-beda. Ada yang dapat Rp450.000, tapi ada juga yang dapat Rp225.000. Besaran PIP itu ditentukan sesuai kriteria,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif