Soloraya
Rabu, 16 Desember 2015 - 22:40 WIB

ADHA DI SOLO : Bangunan Eks Puskesmas Setabelan Tak Layak untuk ADHA

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Poster dan barikade terpasang pada jalan masuk rumah milik aktivis peduli HIV/AIDS, Puger Mulyanto, di Jl. Senopati, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Solo, Minggu (6/12). Warga memasang poster dan barikade tersebut sebagai wujud penolakan rencana penggunaan rumah milik, Puger Mulyanto, untuk menampung 9 anak pengidap HIV/AIDS. (Ivanovic Aldino/JIBI/Solopos)

ADHA di Solo, bangunan bekas Puskesmas Setabelan sudah sangat memprihatinkan.

Solopos.com, SOLO–Kondisi bangunan bekas Puskesmas Setabelan yang berlokasi di Jl. D.I. Panjaitan No. 5 Banjarsari cukup memprihatinkan. Bangunan yang telah lima tahun mangkrak tersebut diusulkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo sebagai tempat penampungan sementara anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) asuhan Rumah Singgah Lentera.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, Rabu (16/12/2015) siang, separuh bangunan utama di lantai pertama eks puskesmas sedang dipinjam Kementerian Agama (Kemenag) untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) Raudhatul Athfal (RA) Perwanida 2 Solo. KBM aktif setiap Senin-Sabtu dimulai pukul 07.00 WIB-11.00 WIB.

Terdapat beberapa ruangan menganggur di bangunan aset Pemkot Solo itu. Lima ruangan berukuran tiga meter persegi yang berada di bagian belakang bangunan utama terlihat menganggur. Begitu juga lantai dua bangunan. Terdapat ruangan berukuran sekitar 8 meter x 15 meter dan satu kamar mandi yang menganggur. Di bagian samping bangunan utama, terdapat rumah dinas kepala puskesmas.

Advertisement

Terdapat beberapa ruangan menganggur di bangunan aset Pemkot Solo itu. Lima ruangan berukuran tiga meter persegi yang berada di bagian belakang bangunan utama terlihat menganggur. Begitu juga lantai dua bangunan. Terdapat ruangan berukuran sekitar 8 meter x 15 meter dan satu kamar mandi yang menganggur. Di bagian samping bangunan utama, terdapat rumah dinas kepala puskesmas.

Kondisi ruangan yang menganggur cukup berdebu dan minim perawatan. Sebagian plafon atapnya sudah ambrol. Sebagian genting juga terlihat melorot.

Kepala Sekolah RA Perwanida 2, Maimunah, mengatakan pihaknya sudah menempati bangunan eks Puskesmas Setabelan sejak awal September lalu.

Advertisement

Maimunah mengaku belum diberi tahu rencana Pemkot memindahkan ADHA asuhan Rumah Singgah Lentera ke tempatnya mengajar. “Saya belum tahu malahan. Tadi pagi memang ada kunjungan dari Bappermas [Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Solo]. Namun tidak ada informasi apa pun yang disampaikan,” terangnya.

Menurutnya, kondisi bangunan bekas puskesmas tersebut tidak layak menjadi tempat tinggal ADHA. “Bangunan di sini sudah lima tahun lebih menganggur. Kalau mau menempati, atap paling tidak diperbaiki dulu dan dibersihkan. Butuh rehab total kalau mau benar-benar dimanfaatkan. Sebelum pakai ruangan depan ini, dulu kami bersama 44 orang tua murid urunan mandiri untuk bersih-bersih,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, Etty Retnowati, mengatakan pihaknya belum diajak koordinasi terkait penamfaatan bangunan yang berada di samping kantornya. “Saya belum diajak koordinasi. Tapi kalau Pak Pj Wali Kota sudah matur begitu, kami tinggal menjalankan,” jelasnya.
Menurut Etty, sebelum wacana pemanfaatan eks Puskesmas Setabelan untuk rumah penampungan ADHA bergulir, pihaknya sudah merencanakan bangunan akan dimanfaatkan untuk perluasan kantor. “Rencananya untuk perluasan kantor. Di sini lahan parkir terbatas sekali. Sudah tidak cukup. Rencana mau diperluas ke sana [eks Puskesmas Setabelan],” kata dia.

Advertisement

Sementara itu, pengelola Rumah Singgah Lentera, Puger Mulyono, menjelaskan pemerintah harus mempertimbangkan kebutuhan ADHA sebelum memberikan solusi tempat tinggal bagi mereka.

“Lokasi paling tidak dekat dengan rumah sakit. Anak-anak ini butuh ke rumah sakit untuk kontrol dan akses cepat kalau sewaktu-waktu kesehatannya bermasalah,” terangnya saat ditemui Rabu siang.

Terkait kebutuhan, Puger membeberkan sejumlah keperluan anak asuhannya. “Mereka butuh ruangan yang bersih dan nyaman untuk tinggal, tidur, dan bermain. Satu rumah lebih baik karena mereka biasanya bergerombol satu sama lain. Selain itu pengawasan lebih gampang. Jangan lupa juga penyediaan pengasuh dan tenaga medisnya,”ungkapnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif