Soloraya
Sabtu, 12 Desember 2015 - 20:00 WIB

PERLINDUNGAN ANAK : Komnas PA: Solo Jadi Kota Tak Layak Anak

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Poster dan barikade terpasang pada jalan masuk rumah milik aktivis peduli HIV/AIDS, Puger Mulyanto, di Jl. Senopati, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Solo, Minggu (6/12). Warga memasang poster dan barikade tersebut sebagai wujud penolakan rencana penggunaan rumah milik, Puger Mulyanto, untuk menampung 9 anak pengidap HIV/AIDS. (Ivanovic Aldino/JIBI/Solopos)

Perlindungan anak, masalah penolakan rumah singgah membuat Kommas PA menilai Solo tak layak anak.

Solopos.com, SOLO–Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menilai Solo tidak siap untuk mendapatkan predikat sebagai Kota Layak Anak (KLA).

Advertisement

Hal ini menyusul adanya desakan penolakan rumah singgah Lentera yang menampung 17 anak pengidap HIV/AIDS oleh masyarakat di wilayah Pasar Kliwon beberapa waktu lalu.

Arist mengatakan ada 31 indikator sebuah kota bisa menyandang KLA. Salah satunya kota tersebut memberikan perlindungan terhadap anak-anak, termasuk pengidap HIV/AIDS ini. Menilik dari kasus tersebut, ia menilai masyarakat Solo belum siap dengan KLA.
Harusnya masyarakat memberikan perlindungan kepada anak-anak tersebut, sekaligus penghargaan terhadap yayasan yang menampungnya, bukan malah diusir. Hal itu disampaikan seusai talk show Stop Violence Againts Children oleh Progam Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNS, di Bale Tawangarum, Balaikota Solo, Sabtu (12/12/2015).

Arist mengatakan gelar kota layak anak merupakan mekanisme sistem pembangunan, bukanlah sebuah perlombaan, sehingga harus diperhatikan betul hak-hak anak. Selain kegagalan dalam hal perlindungan, ia menilai ruang terbuka hijau di Solo juga belum sepenuhnya terpenuhi. Itulah sebabnya, ia menilai proses menuju KLA di Solo perlu dievaluasi.
Selanjutnya, ia berencana menerjunkan tim reaksi cepat melihat kondisi anak-anak tersebut untuk diberikan advokasi jika memang perlu.

Advertisement

“Itu [penolakan anak-anak pengidap HIV/AIDS) juga merupakan kegagalan komisi AIDS Solo yang tidak bisa memberikan pemahaman sempurna ke masyarakat tentang penyakit tersebut,” tegasnya

Direktur Yayasan Kakak Solo, Shoim Syahriyati, yang juga menjadi pembicara dalam talk show mengatakan meski masih jauh dari layak anak, aparat keamanan di Solo sangat kooperatif. Hampir setiap kekerasan anak yang dia tangani selalu direspons dengan baik ketika dilaporkan ke pihak kepolisian. Berbeda dengan pihak kepolisian di daerah lain yang cenderung apatis.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif