Soloraya
Selasa, 8 Desember 2015 - 21:40 WIB

PEMBANGUNAN KOTA SOLO : Akademisi Dorong Pemkot Solo Bangun Kampung

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi rumah di pinggir jalan (Solopos.com)

Pembangunan kota Solo, akademisi menilai kampung merupakan representasi wajah dan budaya masyarakat Kota Solo.

Solopos.com, SOLO–Akademisi mendorong Pemkot Solo untuk memfokuskan pembangunan ke wilayah perkampungan. Kampung merupakan representasi wajah dan budaya masyarakat di Kota Bengawan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Sosiologi Indonesia, Arie Sudjito, mengatakan pembangunan yang menanggalkan nilai-nilai kemanusiaan akan berdampak buruk pada peradaban.

Advertisement

“Kalau bicara mengenai Solo, ya wilayah perkampungannya. Solo itu terkenal sebagai kota budaya yang memegang erat nilai-nilai Jawa. Jadi, pembangunan wilayah perkampungan juga harus diperhatikan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com seusai menjadi narasumber di acara seminar dan conference Urban Crisis di aula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNS, Selasa (8/12/2015).

Menurut dia, monopoli kuasa politik yang bersekutu dengan pemodal akan meruntuhkan narasi kota yang beradab. Pembangunan kota yang hanya mementingkan investasi dan menanggalkan sisi kemanusiaan akan menghasilkan wilayah yang eksklusif dan memarginalisasi ruang publik.

Saat ini, kata dia, Solo mengalami masalah yang serius dalam hal penyediaan ruang publik. Padahal, ruang publik ini sangat penting sebagi tempat interaksi dan komunikasi antarwarga.

Advertisement

“Di Solo itu kampung memiliki fungsi sebagai pilar civil society. Penyediaan fasilitas yang inklusif juga amat penting bagi masyarakat perkotaan,” ujar dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja ini.

Dosen FISIP UNS, Rahesli Humsona, menyampaikan menurut hukum ekologi lingkungan yang berkembang akan mendesak lingkungan yang kurang berkembang. Selain itu, ada kecenderungan kota akan mengeksploitasi desa.

Menurut dia, krisis di perkotaan menunjukkan adanya ketidakberdayaan kota untuk mengatasi kompleksitas permasalahan. Mereka yang terabaikan adalah masyarakat lapisan bawah, termasuk masyarakat urban yang terdesak dari desanya sendiri.

Advertisement

Realitas di Indonesia, kata dia, pada tahun ini 41% penduduk tinggal di perkotaan. Secara khusus mereka tinggal di Jawa-Bali mencapai 55%. Perkembangan ini disebabkan pertambahan secara alamiah akibat proses kelahiran dan kematian serta migrasi khususnya urbanisasi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif