Jogja
Rabu, 2 Desember 2015 - 12:55 WIB

HARI AIDS : Kritik Isolasi ODHA, Mahasiswa Dikurung Kantong Plastik

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Himpunan Mahasiswa Bimbingan Konseling (Himabiko) Universitas PGRI Wates menggelar aksi teatrikal untuk memperingati Hari AIDS sedunia di Simpang Nyi Ageng Serang, Wates, Kulonprogo, Selasa (1/12/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N)

Hari Aids di Kulonprogo diperingati oleh mahasiswa dengan membungkus dirinya dengan plastik sebagai bentuk isolasi terhadap ODHA

Harianjogja.com, KULONPROGO- Himpunan Mahasiswa Bimbingan Konseling (Himabiko) Universitas PGRI Wates menggelar aksi teatrikal untuk memperingati Hari AIDS sedunia di Simpang Nyi Ageng Serang, Wates, Kulonprogo, Selasa (1/12/2015).

Advertisement

“Kami hanya ingin dicintai. Kami tidak ingin diisolasi,” kata Mahendra Dewi. Mahasiswa semester tiga itu tengah berorasi di tengah teman-temannya yang duduk berjejer membentuk simpul menyerupai pita.

Ridho, Arif, dan Duriyah berjongkok di belakang Dewi. Ketiganya berperan sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Tubuh mereka dikurung dalam kantong plastik transparan. Pengap dan gerah rasanya. Namun, barangkali itu tidak seberapa dibanding sesaknya hati ODHA ketika mendapat perlakukan diskriminatif dari masyarakat.

Dewi menyelesaikan orasinya. Dia dan teman-temannya kemudian bergegas melakukan aksi berikutnya berupa pembagian bunga dan stiker kepada pengguna jalan. Sebagian dari mereka tetap tinggal di bawah Monumen Nyi Ageng Serang dan bersiap menari bersama sebagai ungkapan pentingnya selalu menjaga kesehatan tubuh.

Advertisement

Dewi menyadari, stigma negatif masih membayangi para ODHA. Dia berharap, aksi yang mereka lakukan pagi itu bisa sedikit membuka kesadaran masyarakat untuk tidak memperlakukan ODHA seperti aib atau bahkan ancaman.

“Orang dengan HIV/AIDS punya hak hidup yang sama dengan kita. Bukan orangnya yang harus dijauhi tapi virusnya,” ujar dia.

Ungkapan senada disampaikan Duriyah. Masyarakat tidak seharusnya mengucilkan ODHA. Mereka justru harus dirangkul dan berhak menjalani rehabilitasi maupun perawatan medis. “Tidak perlu dijauhi karena kontak fisik biasa itu tidak menularkan virus,” tutur perempuan berusia 22 tahun itu.

Advertisement

Sementara itu, Dosen Bimbingan Konseling Universitas PGRI Wates, Wahyu Purwadi memaparkan, aksi mahasiswanya menunjukkan keprihatinan terhadap masih adanya diskriminasi terhadap ODHA di kalangan masyarakat. HIV/AIDS memang berbahaya tapi bukan berarti orang yang mengidapnya harus diisolasi. Mereka membutuhkan dukungan sosial untuk tetap semangat menjalani hidup yang lebih baik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif