Jateng
Selasa, 1 Desember 2015 - 11:51 WIB

HARI AIDS SEDUNIA : Selama Dua Tahun Tercatat 242 Kasus HIV/AIDS, 55 Penderita Meninggal di Kudus

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com)

Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember.

Kanalsemarang.com, KUDUS-Jumlah temuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dari tahun 2013 hingga September 2015 tercatat mencapai 242 kasus dan 55 penderita di antaranya meninggal dunia.

Advertisement

“Temuan kasus terbanyak terjadi pada tahun 2013 mencapai 88 kasus dan 77 penderita di antaranya meninggal dunia,” kata Koordinator Kelompok Dampingan Sebaya Kabupaten Kudus Eni Mardiyanti di Kudus, Selasa (1/12/2015).

Sementara pada tahun 2014, kata dia, tercatat sebanyak 72 kasus dan jumlah penderita yang meninggal ada 14 orang.

Pada periode Januari-September 2015, kata dia, jumlah temuan kasus mencapai 82 kasus dan 30 orang di antaranya meninggal dunia.

Advertisement

Penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia selama 2015, kata dia, paling banyak terjadi pada periode Januari-Mei 2015 tercatat 19 orang dari 34 kasus, sedangkan periode Juni-September 2015 mencapai 11 orang yang meninggal dari 48 kasus.

Ia memperkirakan, kasus HIV/AIDS bakal terus bertambah selama upaya pencegahan belum dilakukan secara maksimal.

Upaya pencegahan yang selama ini terjadi, dinilai belum maksimal seiring belum berfungsinya Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Daerah (KPAD) Kudus.

Advertisement

“Peran KPAD tentunya sangat vital karena bisa mengkoordinir masing-masing SKPD di Kudus untuk turut berperan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS lewat penganggaran dari masing-masing SKPD,” ujarnya.

SKPD yang berperan dalam melakukan sosialisasi pencegahan, kata dia, BPMPKB, sedangkan upaya serupa di lingkungan kerja bisa dilakukan oleh Dinsosnakertrans, sedangkan pemberdayaan Orang Dengan Aids (Odha) ditangani Bagian Kesra.

Sementara peran dalam meminimalkan penularan virus mematikan tersebut, kata dia, selama ini masih dibebankan kepada kelompok peduli HIV/AIDS yang memiliki segala keterbatasan, baik sumber daya manusia serta dana.

Apalagi, kata dia, dalam rangka pencegahan perlu ada penderita HIV/AIDS yang bersedia diajak menjadi motivator bagi masyarakat yang belum terpapar. Diskriminasi yang diterima Odha selama ini, kata dia, karena belum adanya sosialisasi di masyarakat sehingga belum mengetahui penularannya lewat apa. “Ketika sudah memahami, tentunya mereka tidak akan bersikap demikian,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif