Soloraya
Senin, 30 November 2015 - 12:50 WIB

PKL SRAGEN : 12 Selter PKL Garuda Mangkrak

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi selter pedagang kaki lima (PKL) Garuda yang dibiarkan mangkrak, Sabtu (28/11/2015). (Moh. Khodiq Duhri/Solopos/JIBI)

PKL Sragen tampaknya belum memanfaatkan secara penuh selter Garuda di Jl.W.R. Supratman.

Solopos.com, SRAGEN-Sebanyak 12 selter pedagang kaki lima (PKL) Garuda tak lagi digunakan untuk jualan. Selter berukuran 2,5 x 3 meter itu dibiarkan mangkrak sejak Juli silam.

Advertisement

Pantauan solopos.com, Sabtu (28/11/2015), terdapat 19 selter PKL Garuda yang dibangun tahun lalu. Tujuh selter di antaranya dibangun di sisi utara menghadap Jl. W. R. Supratman. Tujuh selter itu memiliki luas 3 x 5 meter atau dua kali lipat dari selter yang berada di sisi selatan. Tujuh selter itu masih digunakan pedagang untuk berjualan baik siang atau malam.

Sementara 12 selter di sisi selatan yang berbentuk letter L sudah ditinggal pedagang. Hanya terdapat sejumlah lapak dengan spanduk bergambar aneka jajanan kuliner.

Advertisement

Sementara 12 selter di sisi selatan yang berbentuk letter L sudah ditinggal pedagang. Hanya terdapat sejumlah lapak dengan spanduk bergambar aneka jajanan kuliner.

“Selter itu sempat digunakan untuk jualan sebelum puasa. Setelah selesai Lebaran pedagang mulai pergi dan membiarkan selter itu mangkrak,” kata Anwar seorang pedagang soto yang menempati selter sisi utara saat ditemui di lokasi.

Anwar menjelaskan selter PKL Garuda sisi selatan dibangun di bekas pabrik ubin yang sudah kolaps. Pemerintah Kabupaten Sragen membangun selter tersebut untuk menampung PKL yang sebelumnya berjualan di pinggir jalan maupun di atas trotoar.

Advertisement

“Sebenarnya sangat disayangkan. Sudah dibangun bagus tapi malah mangkrak. Tapi, kalau dagangan tidak laku, wajar jika pedagang pindah ke lokasi yang lebih ramai,” papar Anwar.

Menanggapi hal itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Sragen, Heru Martono, mengakui pada awalnya 12 selter PKL Garuda itu dibuka oleh seluruh pedagang. Namun, seiring berjalannya waktu, para PKL memilih meninggalkan selter karena sepinya pembeli. Dia menilai para PKL kurang cermat dalam memanfaatkan selter.

“Selter itu bisa digunakan pedagang untuk jualan apa saja. Kalau di dekat sana ada pedagang soto yang sudah terkenal lebih baik jualan soto,” kata Heru saat ditemui di Sragen.

Advertisement

Heru mengaku tidak tahu berapa anggaran yang digunakan untuk membangun selter PKL Garuda. Saat selter itu dibangun, dia belum diangkat menjadi Plt. Kepala Disdag Sragen.

Ke-12 PKL itu sudah mengantongi izin hak pakai selter tersebut. Dia menegaskan izin tersebut bisa dicabut jika pedagang tidak kembali berjulan di selter. Heru tidak menginginkan selter PKL Garuda dibiarkan terlalu lama mangkrak mengingat Disdag Sragen juga ditarget menyetor retribusi pedagang ke kas daerah.

“Saya tidak tahu persis berapa target retribusi untuk Disdag. Yang jelas, kalau selter itu dibiarkan mangkrak lebih baik izin penggunaannya dicabut,” tegasnya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif