Jogja
Senin, 30 November 2015 - 09:20 WIB

PILKADA SLEMAN : Ketika Bupati dan Wabup Incumbent Saling Menyerang

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana debat Cawabup di Pendapa Parasamya Kantor Bupati Sleman, Santu (21/11/2015) malam. (Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Pilkada Sleman diikuti dua pasangan calon, masing-masing calon bupati adalah bupati dan wabup incumbent

Harianjogja.com, SLEMANDebat Calon Bupati dan Wakil Bupati Sleman putaran kedua kembali digelar, Sabtu (28/11/2015) malam. Kali ini dua calon bupati (cabup) terlihat saling serang dan seakan mengungkit-ungkit pemerintahan yang telah mereka jalankan sebelumnya.

Advertisement

Baik cabup nomor urut satu, Yuni Satia Rahayu maupun nomor urut dua, Sri Purnomo, keduanya merupakan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Sleman 2010-2015. Namun pada Pilkada 2015 ini mereka pecah dan maju menggandeng pasangan masing-masing.

Pada ajang debat yang dilaksanakan di studio salah satu televisi swasta di Jogja itu, suasana debat kian memanas saat memasuki putaran ketiga. Tepatnya saat moderator dari Dosen Universitas Atma Jaya Jogja, Yudi Purbawaningsih, meminta tanggapan tentang sektor pariwisata serta maraknya hotel dan mall.

Yuni menanggapi sesuai visi misi yang diusungnya di mana ia bersama Danang Wicaksana akan melakukan moratorium terhadap hotel, mall dan toko modern. Menurutnya, PDAM belum mampu melayani kebutuhan air di perhotelan sehingga pemilik hotel diam-diam mengambil air tanah yang sebenarnya mengganggu jaringan air sumur untuk warga.

Advertisement

Sebaliknya diungkapkan Sri Purnomo. Menurutnya berkaca dari tahun lalu, Sleman mampu mendatangkan wisatawan sebesar 4,5 juta orang. “Kalau tidak ada hotel mereka mau masuk mana. Bu Yuni lupa, sebelum berdiri, hotel selalu ada MoU dengan PDAM. Karena kalau tidak [MoU], tidak bisa berdiri,” sangkalnya.

Perbedaan cara pandang semakin terlihat saat masuk babak ke empat. Bahkan pada babak ini keduanya terlihat saling tuding. Yuni diberi kesempatan bertanya pertama kali. Ia menanyakan bagaimana Sri Purnomo akan menindak broker alat kesehatan yang mana pembeliannya tidak melalui otoritas provinsi melainkan langsung ke Pusat.

Hal ini berdasarkan temuan Yuni di lapangan saat masih menjabat wabup. Menurutnya jika dibiarkan bisa mengacu ke tindak korupsi sesuai topik yang diangkat dalam debat.

Advertisement

“Saya tidak mendengar soal itu [broker]. Seharusnya kalau Bu Yuni mendengar saat itu [menjabat wabup] bisa dilaporkan. Jangan berprasangka negatif dulu,” jawab Sri Purnomo.

Menanggapi itu, Yuni mengakui jika saat itu dirinya memang tahu-menahu adanya broker alat kesehatan tapi dirinya merasa dibatasi kewenangannya. “Saya tahu tapi tidak bisa ambil sikap. Tugas wabup sebagai pengawas tapi realitanya semua tersentralisir di pimpinan. Saya hanya sebagai ban serep saja,” ungkap Yuni di hadapan pendukung kedua pasangan calon.

Tepuk tangan para pendukung Yuni pun riuh menyambut jawabannya di dalam studio hingga membuat sang moderator ikut berkomentar. “Beginilah kalau pasangan pecah,” kata Yudi dengan disambut gelak tawa penonton.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif