News
Jumat, 27 November 2015 - 22:20 WIB

MITIGASI BENCANA : Asuransi Kebencanaan, Perlukah?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Mitigasi bencana berupa asuransi seperti yang diterapkan Jepang dapat jadi alternatif di Indonesia.

Harianjogja.com, JOGJA– ?Indonesia termasuk salah satu wilayah yang rentan terkena bencana. Meski begitu, belum ada produk asuransi yang mengcover masalah bencana di suatu daerah.

Advertisement

Kondisi tersebut, menurut Direktur Jenderal (Dirjend) Pengembangan Daerah Tertentu Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi RI, Suprayoga Hadi, disebabkan karena belum ada regulasi yang mengatur masalah tersebut. Ide asuransi kebencanaan sendiri, katanya, pernah dikaji dan dibahas oleh Kementerian Keuangan bersama Badan Kebijakan Fiskal? (BKF) 2007 silam.

“Sampai sekarang belum ada kelanjutannya. Indonesia meski rawan bencana belum bisa menyamai Jepang soal asuransi kebencanaan ini,” kata Yoga kepada wartawan di Jogja Plaza Hotel, Kamis (26/11/2015).

Selain ketiadaan aspek regulasi, katanya, ?pemerintah daerah juga banyak yang belum peduli menghadapi masalah kebencanaan. Hal itu dinilai dari sedikitnya alokasi dana untuk kebencanaan di masing-masing daerah. Kondisi tersebut, berdampak pada lemahnya sisi kelembagaan atau instansi yang menangani masalah bencana.

Advertisement

Menurutnya, regulasi yang kuat tanpa adanya kelembagaan yang kuat berdampak pada tidak jalan suatu kebijakan. Begitu juga sebaliknya. “Daerah- daerah butuh investasi untuk mengantisipasi bencana yang bisa saja terjadi. Kalau tidak kuat anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) bisa dengan mengikuti asuransi kebencanaan. Ini butuh keberanian ?dari pejabat untuk melakukan terobosan,” katanya.

?Diakuinya, untuk mendorong daerah mengikuti asuransi kebencanaan ?bukan hal mudah. Selain persoalan kultur, hal itu juga terbentur masalah
regulasi. Sementara, belum ada bank di Indonesia yang membuka layanan tersebut. Meski begitu, dia meyakini jika kesadaran beransuransi
masyarakat terus tumbuh bukan mustahil itu akan terjadi.

“Itu delematisnya. Kesadaran beransuransi masyarakat masih rendah. Masyarakat yang mengikuti program asuransi saja kurang dari 5 persen,” kata Yoga.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif