Teknologi
Rabu, 25 November 2015 - 03:00 WIB

TEKNOLOGI TERBARU : LIPI Bikin Icenerator Dapur Tegak untuk Kelola Sampah Ramah Lingkungan

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo LIPI (Okezone)

Teknologi terbaru LIPI berupa Icenerator Dapur Tegak  untuk mengelola sampah.

Solopos.com, JAKARTA — Di kota-kota besar, sampah merupakan permasalah serius. Untuk itu, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan teknologi pengolahan sampah incenerator.

Advertisement

Dikutip dari Liputan6.com, Selasa (24/11/2015), teknologi terbaru Incenerator Dapur dikembangkan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI, Tegak Harsisto, yang menggabungkan proses fisika dan kimia ini menjadi alat pengolah sampah yang ramah lingkungan.

Berkat kapasitas dan proses yang cepat, teknologi terbaru itu diharapkan dapat menjadi solusi alternatif atas persoalan sampah, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Advertisement

Berkat kapasitas dan proses yang cepat, teknologi terbaru itu diharapkan dapat menjadi solusi alternatif atas persoalan sampah, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Saat ini teknologi terbaru  incenerator yang banyak berkembang umumnya memanfaatkan bahan bakar minyak dan gas, yang secara langsung mengolah sampah basah. Karena itu, proses tersebut menimbulkan gas buang yang tidak sempurna dan berbahaya sebagai akibat dari reaksi pembakaran yang tidak sempurna.

“Teknologi terbaru Icenerator Dapur Tegak yang saya kembangkan adalah dengan mengadopsi teknologi peleburan bijih besi atau logam. Prosesnya menggabungkan proses fisika dan proses kimia, sehingga incenerator ini lebih ramah lingkungan,” kata Harsisto.

Advertisement

Proses fisika yang dimaksud dalam adalah proses pirolisis. Di dalam proses itu terjadi penguapan unsur air baik yang ada di permukaan sampah dan air yang terikat di dalam sampah. Uap air atau dikenal dengan rumus kimia H2O menjadi hasil dari proses, yang berlangsung pada suhu di atas 100 derajat celcius tanpa melibatkan unsur oksigen dari udara tersebut.

Sementara proses kimia yang berlangsung adalah reaksi kimia yang terjadi antara dua unsur yakni sampah yang sudah kehilangan air dengan oksigen dari udara. Reaksi ini biasa disebut juga reaksi pembakaran dengan output berupa energi panas yang bisa menjadi listrik, dan gas buang yang sempurna, yakni CO2 dan gas H2O.

Teknologi terbaru Incenerator Dapur diklam mampu mengolah setiap jenis sampah ukuran sampah dalam keadaan basah dan kering dengan bahan bakar limbah yang murah meriah seperti olahan batu bara cooking coal, biomasa atua cangkang sawit, cangkang kemiri dan gas melan yang dihasilkan dari sampah yang membusuk.

Advertisement

Sementara itu dikutip dari U.Lipi.go.id, Selasa, LIPI juga mengembangkan teknologi terbaru reaktor plasma yang dipasang pada insinerator, instalasi pembakaran sampah.

Dengan metode itu, gas hasil pembakaran sampah diurai sehingga tidak mencemari udara. Namun, teknologi itu tetap harus disertai perbaikan pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir.

“Lebih dari 90% dioksin hilang menggunakan insinerator plasma,” kata peneliti Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Instrumentasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT), Anto Tri Sugiarto.

Advertisement

Dioksin salah satu senyawa pencemar dari pembakaran plastik yang bisa meningkatkan risiko kanker serta mengacaukan hormon. Apabila terhirup, dioksin terakumulasi dalam tubuh.

Selama ini, sejumlah kalangan menolak insinerator karena bisa memperburuk pencemaran udara. Insinerator memerlukan pemanasan minimal 1.000 derajat celsius. Apabila kurang dari itu, sisa pembakaran sampah lebih berbahaya bagi manusia. Sebanyak 80$ dilepaskan mengemisi udara, sisanya jadi abu, abu terbang, hingga limbah cair berbahaya.

Anto mengatakan, teknologi reaktor plasma muncul sebagai solusi mencegah terbentuknya dioksin dari pembakaran sampah di insinerator. Teknologi itu muncul di Jepang tahun 1990-an. Plasma berarti gas terionisasi dari pemanasan gas.

Reaktor plasma berupa cerobong setinggi 150 meter. Di dalam reaktor plasma terdapat elektroda-elektroda berbahan baja tahan karat. Gas-gas dari insinerator masuk reaktor plasma, lalu terionisasi dengan pemanasan sekitar 1.000 derajat celsius.

Dengan cara itu, gas-gas berbahaya terurai dalam bentuk yang tak mencemari udara sehingga tak berisiko kesehatan. Selain menghilangkan dioksin, reaktor plasma juga menguraikan gas-gas beracun, seperti Nox Sox, turan, bahkan logam berat semacam merkuri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif