Soloraya
Rabu, 25 November 2015 - 14:40 WIB

CAGAR BUDAYA SOLO : Menapak Jejak Doorganghuis Voor Krankzinningen, Dimanakah Lokasinya?

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja menyelesaikan pembersihan lantai pada proyek konservasi Benda Cagar Budaya (BCB) di bangunan bekas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan, Solo, Senin (23/11/2015). Konservasi BCB tersebut ditargetkan selesai 4 Desember 2015. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Cagar budaya Solo, pemerintah tengah merevitalisasi bangunan bekas RSJ Mangunjayan.

Solopos.com, SOLO–Tiga pekerja sedang memoles lantai teraso dengan mesin pemoles di sudut ruangan utama bangunan kantor Museum Keris, Senin (23/11/2015) siang. Sebelum dipoles, warna tegel terlihat abu-abu kusam. Setelah rampung dibersihkan, permukaan teraso terlihat makin mengkilap.

Advertisement

Wajah ruangan yang persis bersebelahan dengan bangunan utama Museum Keris tersebut terlihat berbeda dengan ruangan lainnya. Di bagian belakang, pekerja menyolek tembok dengan cat berwarna putih dan kusen dengan warna abu-abu. Ruangan beratap menjulang yang dulunya sempat digunakan untuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan itu kembali terlihat baru.

Berjalan lebih jauh ke belakang, bangunan kantor museum yang akan diresmikan pada 2016 ini dihiasi taman yang cukup luas. Sebanyak 15 pohon yang biasa digunakan untuk membuka warangka keris ditanam di taman belakang.

Advertisement

Berjalan lebih jauh ke belakang, bangunan kantor museum yang akan diresmikan pada 2016 ini dihiasi taman yang cukup luas. Sebanyak 15 pohon yang biasa digunakan untuk membuka warangka keris ditanam di taman belakang.

Sebuah joglo besalen tempat menempa besi yang terbuat dari kayu berhias ukiran berdiri kokoh di sana.

Deny Wahju Hidajat, Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Revitalisasi Eks RSJ Mangunjayan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, menunjuk sepasang pintu kupu tarung dengan model krepyak yang berada di bagian utama bangunan.

Advertisement

Deny kemudian menunjukkan detail slot kunci di ruangan tersebut yang berbeda dari ruangan lain. “Ini terpasang di luar, bukan di dalam seperti biasanya. Pemasangannya dulu ada alasannya. Kamar ini dulunya dipakai untuk menampung orang sakit jiwa. Jadi dikunci dari luar biar tidak kabur,” terangnya.

Dia kemudian kembali berjalan belasan langkah menyeberang saluran drainase terbuka yang membelah bangunan utama. Tepat di depan kamar mandi, terdapat 15 tegel asli bangunan yang dibuat persis dengan tegel baru. Jejak peninggalan bangunan yang resmi digunakan pada 17 Juli 1919 dengan nama Doorganghuis Voor Krankzinningen itu dibiarkan tersisa.

“Tegel tersisa itu nanti kami tutup kaca. Biar anak cucu kita nantinya tahu jejak bangunan aslinya. Tidak ada pembohongan sejarah,” bebernya.

Advertisement

Deny yang ditunjuk sebagai tim pendamping revitalisasi bangunan cagar budaya (BCB) menerangkan terdapat sejumlah aturan untuk memperbaiki bangunan bersejarah.
“Tata ruang dan struktur bangunan jelas tidak boleh berubah. Untuk material yang rusak, sebisa mungkin menggunakan material yang mirip dengan aslinya. Di Eks Mangunjayan ini 80% sisa bangunan bisa dipertahankan,” terangnya.

Menurut Deny, beberapa unsur bangunan seluas 0,69 hektare yang butuh perbaikan antara lain sebagian pintu, kusen, lantai, serta genting. “Waktu kami ke sini pertama sudah tidak berwujud bangunan lagi. Tembok harus diplester ulang. Tegel lama juga dilapisi tegel baru dan dilindungi dengan cara melapisi tegel lama dengan pasir,” ungkapnya.

Sejarawan muda Kota Solo, Heri Priyatmoko, menyebutkan RSJ Mangunjayan merupakan bangunan peninggalan Pakubuwana (PB) X bergaya kolonial yang ramah karakteristik ekologi Kota Bengawan yang berada di wilayah cekungan.

Advertisement

“Bangunan zaman Belanda dulu disesuaikan dengan ekologi kota. Solo kala itu dikepung anak sungai Bengawan Solo. Maka banyak bangunan kala itu yang dibuat dengan sistem drainase yang bagus. Termasuk RSJ Mangunjayan,” terangnya.

Pembangunan saluran drainase secara terbuka tersebut, imbuh Heri, dimaksudkan untuk menghindari banjir yang saat hujan deras tiba. “Pemerintah sekarang seharusnya tanggap problem lingkungan. Cara berpikirnya harusnya jangka panjang laiknya pemerintah kolonial dan era kerajaan,” kata dia.

Proses revitalisasi bangunan cagar budaya Eks RSJ Mangunjayan diproyeksi kelar Desember mendatang. Pengerjaan bangunan yang dikerjakan CV Karya Bisa ini digelontor anggaran Rp3.634.124.000 dari pemerintah pusat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif