Soloraya
Senin, 23 November 2015 - 18:40 WIB

PIALA ADIPURA SOLO : Kota Solo Gagal Boyong Adipura, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penghargaan Adipura (Dok/JIBI/Solopos/Antara)

Piala Adipura Solo, Pemkot Solo memperpanjang puasa memeroleh Adipura 2015.

Solopos.com, SOLO–Kota Solo kian memperpanjang puasa Adipura 2015. Kota kelahiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kesekian kalinya gagal memboyong piala penghargaan dibidang kebersihan kota. Pengelolaan sampah lagi-lagi menjadi masalah klasik yang mengganjal Solo meraih penghargaan tersebut.

Advertisement

“Tahun ini kita tidak dapat piala Adipura. Kami hanya menerima sertifikat dan bukan piala penghargaan Adipura,” kata Pejabat Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah (Sekda) Solo Budi Yulistianto ketika dijumpai wartawan di Balai Kota, Senin (23/11/2015). Budi mengatakan sertifikat penghargaan Adipura akan diterima Pemkot di Hotel Bidakara Jakarta, Senin malam.

Kabid Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasistas Badan Lingkungan Hidup (BLH), Fitriyaman melalui Kasi Pengembangan Kapasitas Banny mengatakan Solo masuk kategori kota besar dalam penilaian Adipura. Setidaknya ada empat indikator dalam penilaian Adipura untuk kategori Kota Besar, meliputi pengelolaan sampah, kebersihan dan keindahan, pencemaran udara, serta pencemaran air.

Menurutnya, Pemkot telah berupaya memperbaiki sejumlah indikator penilaian yang ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hanya, pihaknya tak mampu berbuat banyak untuk memperbaiki indikator dalam pengelolan sampah.  Pengelolaan sampah tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo masih menjadi indikator terburuk. Pengelolaan sampah TPA Putri Cempo masih menggunakan sistem open dupping yang semestinya sudah memakai sistem sanitary landfill.

Advertisement

“Sebenarnya poin Kota Solo itu sudah 73 memenuhi standar penilaian Adipura kategori Kota Besar jika mengacu pada tahun lalu. Namun ternyata tahun ini dinaikkan poinnya menjadi 75, sehingga Solo masih belum memenuhi,” katanya.

Banny mengatakan Kota Solo kalah dengan kota besar lainnya, seperti Semarang, Jakarta, Surabaya, dan Medan yang kali ini berhasil meraih penghargaan Adipura.

Kota Solo tahun ini lagi-lagi baru sebatas menerima piagam Adipura. Piagam ini diberikan kepada kota yang telah berupaya meningkatkan kualitas lingkungan. Pemkot tetap menargetkan bisa memboyong piala Adipura.

Advertisement

“Kegagalan bisa menjadi bahan evaluasi bagi kami memperbaiki pengelolaan sampah,” katanya.

Penjabat (Pj.) Wali Kota Solo Budi Suharto, mengakui Solo harus bersaing dengan kota besar lainnya seperti Semarang, Yogyakarta dan lain sebagainya untuk meraih penghargaan Adipura. Pemkot sudah berusaha membenahi penanganan kebersihan lingkungan, termasuk persoalan sampah. “Untuk persoalan sampah misalnya kami telah melakukan perbaikan. Termasuk pengadaan TPS [tempat pembuangan sampah] mobile tambahan dan alat pengolah sampah di beberapa titik strategis seperti pasar,” kata dia.

Selain itu, Budi mengatakan keterlibatan warga dalam menjaga lingkungan. Warga menata dan membersihkan lingkungannya masing-masing, termasuk memilah sampah organik dan nonorganik.  Selain pemilahan sampah, Dinas Kebersihan Sampah (DKP) juga memiliki sejumlah program yang diharapkan dapat memberi banyak nilai dalam penilaian Adipura. Salah satunya usaha Pemkot dalam mengolah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Putri Cempo serta penutupan tempat pembuangan sampah (TPS).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif