Jogja
Senin, 23 November 2015 - 23:20 WIB

KISAH INSPIRATIF : Daun Pegagan, Dari Rumput Liar Jadi Makanan Berkhasiat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - -Stand Pawon Gendhis dalam Gelar Produk Budaya Khas Jogja di Galeria Mall, Jogja, Selasa (17/11/2015). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Kisah inspiratif datang dari lereng Gunung Menoreh. Sekumpulan ibu-ibu mengolah daun pegagan menjadi rempeyek

Harianjogja.com, JOGJA—Kejelian melihat potensi yang dimiliki di daerah sekitar, bisa mendatangkan rezeki bagi masyarakat sekitar. Misalnya yang dilakukan kelompok Pawon Gendhis di Kulonprogo.

Advertisement

Ketua  kelompok Pawon Gendhis Dwi Martuti Rahayu mengatakan, ia melihat ada potensi dari tanaman pegagan yang banyak tumbuh di dusun tempatnya tinggal yakni Salakmalang, Kalibawang, Kulonprogo. Pegagan biasa dianggap sebelah mata karena tumbuh liar di pematang sawah.

“Saya kemudian, cari-cari manfaat dari pegagan. Orang dulu suka memakannya sebagai kulupan karena berkhasiat menyembuhkan asma,” ujar dia ketika ditemui dalam Gelar Produk Budaya Khas Jogja di Galeria Mall, Jogja, Selasa (17/11/2015).

Advertisement

“Saya kemudian, cari-cari manfaat dari pegagan. Orang dulu suka memakannya sebagai kulupan karena berkhasiat menyembuhkan asma,” ujar dia ketika ditemui dalam Gelar Produk Budaya Khas Jogja di Galeria Mall, Jogja, Selasa (17/11/2015).

Ia kemudian menggali informasi lebih lanjut mengenai khasiat dari pegagan. Orang lokal menyebutnya regedek sementara ada nama-nama lain di daerah berbeda. Ada pun beberapa khasiatnya adalah untuk kesehatan kulit, kesuburan, menghilangkan jerawat, kecerdasan otak anak, ibu hamil, dan kecantikan wanita.

Ia pun membudidayakan sendiri pegagan di pekarangan dengan pupuk organik. Wanita yang akrab disapa Tuti ini bersama anggota kelompok lainnya kemudian berinovasi dengan membuat peyek pegagan.

Advertisement

“Kami mulai pada 2013 lalu. Alhamdulillah kami bisa menggerakkan 42 ibu rumah tangga untuk terlibat dan menambah penghasilan,” ujar dia.

Minat pasar terhadap bisnis ini lumayan bagus. Dalam dua hari, ia mengungkapkan, rata-rata bisa menjual 10 kg peyek pegagan dengan harga Rp60.000 per kg.

Peminatnya kebanyakan toko oleh-oleh. Produk olahannya diberi label Manihot Snack. Manihot merupakan genus tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae yang terdiri dari 98 spesies. Tumbuhan ini ditemukan di daerah beriklim tropis hangat, dan Amerika. Anggota yang paling dikenal dari genus ini adalah ubi kayu (Manihot esculenta).

Advertisement

“Manihot merupakan lambang ketahanan pangan. Makanya kami memakai nama itu,” ujar dia.

Selain peyek, ia terus mengembangkan pengolahan pegagan. Ada produk lain yakni coklat, serbuk pegagan yang bisa buat minuman semacam teh dan menjadi campuran makanan, dawet, serta beberapa produk lainnya.

Untuk mempromosikan produknya, ia biasa ikut pameran. Dalam setiap pameran, ia tidak pernah menargetkan penjualan. Namun, lebih untuk mengenalkan produknya. Timbal baliknya dirasakan cukup baik. Setelah pameran, ia biasa mendapatkan rekan bisnis baru yang ingin menjadi reseller.

Advertisement

Ia dan anggota kelompoknya menghindari sistem kerjasama titip jual karena masih terkendala permodalan. Ia berharap, usaha yang ia rintis bersama bisa berkembang. Ia mengaku terbantu dengan bantuan pemerintah berupa bantuan alat dan mengikutsertakan dalam pameran produk unggulan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif