Jogja
Minggu, 22 November 2015 - 09:55 WIB

ASURANSI PERTANIAN : Tanaman Bawang Tak Tersentuh Asuransi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bawang merah Bantul. (Harian Jogja/Arief Junianto)

Asuransi pertanian tidak menyentuh tanaman bawang

Harianjogja.com, BANTUL- Asuransi pertanian yang digelontorkan pemerintah belum menyentuh petani bawang merah. Kendati tanaman bawang merah paling rawan terjadi gagal panen.

Advertisement

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bantul Suroto mengungkapkan, tanaman bawang merah luput dari program asuransi yang diluncurkan pemerintah tahun ini. Pemerintah kata dia baru mengcover tanaman padi untuk diasuransikan.

“Tanaman bawang merah tidak dicover, padahal kami sudah dari dulu mengajukan agar dicover,” ungkap Suroto, Jumat (20/11/2015). Padahal, kerentanan tanaman bawang gagal panen sangat besar. Baik karena serangan hama maupun karena bencana banjir.

Pada tahun ini misalnya, KTNA mencatat hanya 30% dari total 500 hektare lahan bawang di Bantul yang berhasil dipanen akibat serangan hama. “Belum lagi bencana banjir. Pada 2010 lalu tanaman habis terkena banjir, saya masih ingat itu terjadi bulan Juni,” ujarnya.

Advertisement

Suroto menduga, pemerintah atau lembaga asuransi sengaja tidak mau mengambil risiko dengan menjamin tanaman yang rawan gagal panen. Apalagi biaya produksi bawang merah jauh lebih tinggi dari tanaman padi yang dicover asuransi. Satu hektare lahan bawang membutuhkan biaya produksi hingga Rp80 juta.

“Biaya produksi tanaman bawang itu dua kali hingga lima kali lipat biaya produksi tanaman padi,” paparnya.

Selain itu, kabar yang ia dengar, asuransi pertanian merupakan program baru dan bersifat uji coba. Karenanya baru diterapkan pada komoditas padi.

Advertisement

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Partogi Dame Pakpahan sebelumnya menyatakan, asuransi pertanian di Bantul mencakup 46 hektare lahan pertanian. Asuransi pertanian itu bakal diterapkan tahun ini. Tiap satu hektare lahan dibebankan premi asuransi senilai Rp180.000.

“Sebanyak 80 persen biaya asuransi ditanggung pemerintah, sisanya 20 persen petani,” terang Partogi Dame Pakpahan belum lama ini. Asuransi berlaku untuk satu kali musim tanam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif