Soloraya
Sabtu, 21 November 2015 - 07:10 WIB

PILKADA SOLO : Jaga Etika, Supeltas Dilarang Beri Isyarat Angka

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pilkada Solo, menjelang coblosan sukarelawan pengatur lalu lintas (Supeltas) Solo dilarang beri isyarat angka dalam mengatur lalin.

Solopos.com, SOLO–Sejak pukul 07.30 WIB Sugeng Prihatin, 35, sibuk mengatur lalu lintas di Bundaran Baron, Laweyan, Jumat (20/11/2015). Dengan peluit dan aba-aba, Sugeng meminta pengguna kendaraan bermotor sabar saat melalui simpang Baron. Tak jarang ia menjentikkan jari telunjuk, membentuk angka satu, sebagai peringatan agar pengguna jalan menurunkan kecepatan kendaraannya.

Advertisement

Setelah mendekati persimpangan, ia membuka telapak tangan agar pengendara berhenti sejenak. “Sehari-hari mengatur lalu lintas ya seperti ini,” ujarnya saat ditemui Solopos.com.

Selepas menjadi sukarelawan pilkada, sukarelawan pengatur lalulintas (supeltas) asal Semanggi ini agaknya perlu mengubah gaya aba-aba. Pagi itu, Sugeng bersama 49 supeltas lain dilantik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo menjadi sukarelawan pilkada dalam Apel Siaga Peduli Pilkada. Sugeng dkk mendapat rompi bertuliskan Solo Memilih 9 Des 2015 Sukses!!! dan logo KPU di bagian belakang. Mereka diminta ikut mengingatkan warga tentang coblosan calon kepala daerah Solo.
“Bapak-bapak, kalau bisa saat mengatur lalu lintas jangan menunjukkan angka satu atau dua nggih,” ujar Agus Sulistyo, Ketua KPU Solo, seusai apel.

Imbauan Agus cukup beralasan. Menurut Agus, angka satu dan dua identik dengan nomor pasangan calon yang bertarung di pilkada. Dia khawatir aba-aba supeltas yang sudah menjadi agen KPU ditafsirkan lain oleh warga.

Advertisement

“Menjaga etika saja,” ucapnya.

Pelibatan supeltas dalam menyukseskan pilkada menjadi salah satu upaya KPU mewujudkan Solo sebagai kota ramah demokrasi. Menurut Agus, pilkada terbilang sukses jika semua elemen masyarakat punya kesadaran mendukung pesta demokrasi.
Sosialisasi melalui supeltas dinilainya efektif karena mereka bersinggungan langsung dengan masyarakat.

“Pengguna jalan bisa membaca sosialisasi yang tertulis di rompi supeltas.”

Advertisement

Ketua Supeltas, Martin Hidungoran, mengatakan ini kali pertama supeltas dilibatkan untuk menyukseskan pemilu. Pihaknya akan terus menggunakan rompi dari KPU hingga coblosan 9 Desember.  “Pilkada kan acara rakyat, sudah selayaknya didukung,” kata dia.

Martin tak risau aba-aba supeltas akan ditafsirkan politis oleh masyarakat. Menurut dia, warga sudah memahami pekerjaan supeltas.  Seorang pengguna jalan, Dion Wibawa, 33, juga tak melihat tendensi politis meskipun supeltas mengacungkan angka satu atau dua saat memberi aba-aba.  “Memang gayanya seperti itu. Kalau diatur-atur malah kasihan supeltasnya.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif