Teknologi
Sabtu, 21 November 2015 - 01:00 WIB

PENELITIAN BARU : LIPI Kembangkan Protein Interferon Alfa-2 untuk Obat Kanker

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo LIPI (Okezone)

Penelitan baru sedang dilakukan LIPI yang mengembangkan protein interferon alfa-2 yang bisa digunakan untuk mengobati kanker dan hepatitis B.

Solopos.com, CIBINONG — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang melakukan penelitian baru menggunakan protein interferon alfa-2a yang bermanfaat untuk terapi pengobatan kanker serta hepatitis B dan C.

Advertisement

Sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (20/11/2015) penelitian baru LIPI bisa menjadi angin segar bagi dunia kesehatan Indonesia yang selama ini bergantung kepada interferon impor yang berharga mahal.

“Indonesia belum bisa menghasilkan interferon sendiri. Padahal, untuk hepatitis B dan C, pemberian interferon bisa tiga kali sepekan selama sekitar 24-48 pekan, dengan harga sekali suntikan berkisar Rp2,5 juta,” ujar peneliti LIPI yang juga Wakil Kepala Laboratorium Protein Terapetik dan Vaksin, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Ratih Asmana Ningrum, di Cibinong.

Ratih menambahkan, untuk penderita kanker, pemberian interferon bisa satu kali sehari. Selain mahal, ketergantungan Tanah Air terhadap protein interferon impor membuat ketersediaan protein antikanker dan antivirus terbatas di dalam negeri.

Advertisement

Karena itulah para peneliti LIPI berupaya keras mengembangkan penelitian baru berupa protein interferon alfa-2a. Bahkan, lembaga riset Indonesia itu ingin melompat lebih jauh, yaitu meningkatkan efektivitas protein dan melakukan modifikasi demi menurunkan intensitas pemberian obat.

“Modifikasi dilakukan dengan human serum albumin, yang belum pernah dilakukan di dunia. Jadi misalnya penyuntikan dosisnya tiga kali sepekan, bisa diturunkan menjadi sekali dalam dua pekan,” tutur Ratih.

Penelitian baru LIPI sendiri sudah berjalan selama dua tahun. Protein dikembangkan melalui organisme yeast Pichia pastoris, yaitu sejenis ragi hasil modifikasi.

Advertisement

Namun, Ratih tidak dapat memastikan penelitian baru tersebut akan selesai dan didistribusikan untuk masyarakat. Ada beberapa kendala yang dihadapi seperti keterbatasan dana dan hal-hal teknis.

“Kami mencoba mengatasi semua permasalahan itu dengan usaha sebaik-baiknya. Apabila semuanya lancar mungkin dalam waktu 8-10 tahun bisa diselesaikan,” kata dia.

Ratih melanjutkan, proses-proses yang masih harus dilalui sebelum menyatakan protein interferon ini layak diberikan ke masyarakat seperti karakterisasi protein apabila protein sudah berhasil didapat, uji preklinis, uji klinis dan pendaftaran. “Di atas semuanya, kami ingin penelitian ini dapat meningkatkan harapan hidup pasien di Indonesia,” pungkas Ratih.

Advertisement
Kata Kunci : LIPI Penelitan Baru
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif