Jogja
Jumat, 20 November 2015 - 14:40 WIB

BANDARA KULONPROGO : Harga Tanah di Sekitar Calon Bandara Melambung

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Demo tolak pembangunan Bandara Kulonprogo. (Switzi Sabandar/JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo masih belum jelas kapan dibangun, namun sudah berdampak pada harga tanah di sekitar lokasi

Harianjogja.com, KULONPROGO – Isu pembangunan bandara di Temon telah berdampak pada roda perekonomian dan iklim investasi di wilayah tersebut. Harga tanah bahkan kian melambung seiring gencarnya rencana pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Advertisement

Diakui sejumlah kepala desa, harga tanah mulai terus melambung sejak rencana pembangunan bandara berhembus dalam beberapa tahun terakhir. Tanah atau lahan yang kini harganya melambung yakni yang berada di luar lokasi yang telah ditetapkan sebagai kawasan pembangunan bandara.

Pasalnya, sesuai undang-undang agraria, tanah yang akan menjadi lokasi pembangunan sarana publik sudah tidak boleh ada lagi transaksi jual beli di dalamnya.

Kepala Desa Kebonrejo Slamet mengungkapkan, sebelum isu bandara berhembus kencang, harga tanah di wilayah desa ini masih sangat wajar. Bahkan untuk tanah yang berlokasi di pedalaman per meter sebelumnya hanya berkisar Rp50.000.

Advertisement

“Belakangan ini, harganya bahkan sudah mencapai Rp350.000 sampai Rp400.000 per meter. Jangankan tanah di lokasi pedalaman, tanah yang berada di jalan raya, baik di jalan nasional maupun pinggir jalan daendels harganya sudah mencapai Rp1 juta sampai Rp1,5 juta,” ujar Slamet, Kamis (19/11/2015).

Padahal, harga tanah di kawasan pinggir jalan raya tersebut sebelumnya hanya berkisar dari Rp700.000 per meter. Namun, sejak rencana pembangunan bandara semakin mencapai titik terang, permainan harga tanah mulai liar.

Meski demikian, Slamet menuturkan pengajuan-pengajuan izin terkait penggunaan lahan sebagai tempat usaha atau sejenisnya masih belum tampak. Bahkan, transaksi jual beli tanah di luar lokasi bandara juga belum begitu ramai.

Advertisement

“Banyak yang masih menunggu kondisi harga. Jika harga masih bisa lebih bagus, mungkin banyak warga yang akan melepas. Sementara ini belum ada yang mengajukan izin usaha atau membangun bangunan di sekitar lokasi itu,” jelas Slamet.

Lahan yang dinyatakan sebagai lokasi pembangunan bandara di Desa Kebonrejo luasannya mencapai 32 hektare atau sebanyak 519 bidang tanah. Sebagian besar merupakan tanah pertanian dengan luasan mencapai 25 hektare, selain itu terdiri dari tanah pekarangan dan  pemukiman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif