News
Senin, 16 November 2015 - 14:30 WIB

SERANGAN TEROR PARIS : Di KTT G20, Jokowi: Indonesia Laboratorium Penanganan Terorisme

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana tiba di bandara Antalya, Turki, Minggu (15/11/2015) pagi WIB, guna menghadiri KTT G-20. (Setkab.go.id)

Serangan teror Paris kembali mengalihkan perhatian publik pada penanganan terorisme.

Solopos.com, ANTALYA — Indonesia menekankan pentingnya menggunakan upaya penegakan hukum dan keamanan dengan pendekatan budaya dan agama dalam mengatasi persoalan ekstrimisme.

Advertisement

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia berhasil menggunakan kombinasi penegakan hukum dan keamanan dengan pendekatan agama dan budaya dalam menyelesaikan persoalan terorisme. Padahal, Indonesia juga tercatat sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

“Indonesia adalah laboratorium yang menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, dan kemajemukan dapat berjalan beriringan,” kata Presiden Jokowi di Antalya, Turki, Senin (16/11/2015).

Presiden menuturkan kemajemukan yang toleran dapat terlihat dari kehidupan masyarakat Indonesia yang tetap harmonis. Hal itu dapat dipertahankan meskipun Indonesia terdiri dari berbagai kelompok yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda.

Advertisement

Meski demikian, Presiden Jokowi juga meyebutkan pentingnya kerja sama internasional yang kuat untuk menyelesaikan masalah ekstrimisme dan terorisme. Indonesia pun siap bekerja sama dengan masyarakat internasional dalam menghadapi ekstrimisme dan terorisme dengan menumbuhkan toleransi di seluruh dunia.

“Diperlukan pendekatan terpadu yang mengharuskan negara-negara bersatu, dan mengeyampingkan perbedaan politik untuk menghadapi ekstrimisme,” ujarnya.

Selain itu, Presiden juga menyampaikan dampak nyata dari konflik yang terus terjadi di berbagai kawasan dunia adalah meningkatnya migrasi nonreguler. Hal itu kemudian menjadi tantangan serius bagi Turki dan negara-negara Eropa.

Advertisement

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, lanjut Presiden, seluruh pihak harus melihat akar masalah yang menjadi penyebab konflik dan migrasi nonregular dan mengatasinya dengan melakukan pembangunan berimbang. Selain itu, semua pihak harus menghentikan kekerasan dan penindasan, menghapuskan diskriminasi, dan menegakkan demokrasi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif