Entertainment
Senin, 16 November 2015 - 00:00 WIB

ROCK IN SOLO 2015 : Metal Antirasis Tandai Dekade Baru Rock

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Grup Band Metal, Nile, menyanyikan lagu karyanya saat acara Rock in Solo di area parkir Stadion Manahan, Solo, Minggu (15/11/2015). Konser bertema Metal Against Racism menampilkan 13 grup band beraliran metal dari luar dan dalam negeri. (JIBI/Solopos/Ivanovich Aldino)

Rock In Solo 2015 digelar Minggu (15/11/2015).

Solopos.com, SOLO — Kerumunan ribuan orang berkaos hitam menyesak jadi satu di depan panggung dalam stadion Manahan Solo. Berbagai suku, latar belakang, dan budaya, berbaur bak hipnosis dalam angguk hentak tubuh mereka, mengikuti dentum musik yang mengalun keras dari atas panggung.

Advertisement

“Metal antirasis, keren ini. Selama ini kan orang mengenal metal itu cuma teriak-teriak saja, padahal enggak, metal musik yang humanis,” tukas Trina Fardiana, seorang pecinta musik metal asal Madiun, Jawa Timur.

Bagi Trina, metal adalah satu bentuk kejujuran yang pas untuk menyuarakan apa saja, bahkan rasis sekalipun. Musik metal baginya adalah eksplorasi diri dengan cara yang unik dan tak pandang bulu.

Advertisement

Bagi Trina, metal adalah satu bentuk kejujuran yang pas untuk menyuarakan apa saja, bahkan rasis sekalipun. Musik metal baginya adalah eksplorasi diri dengan cara yang unik dan tak pandang bulu.

Dia mengapresiasi tema yang diangkat Rock in Solo (RIS) 2015. Untuk sebuah awalan memasuki dekade baru. Sebagai pecinta musik metal, menurutnya antirasis sangat pas untuk diangkat, sebagai awalan dalam sejarah baru musik cadas.

Dari musik metal, dia juga menemukan kelembutan. “Metal itu lembut. Hentakan yang keras itu justru jadi pembuka sisi keras, pembuka pintu ruang kegelisahan bawah sadar, keras yang melembutkan,” imbuh dia sambil tersenyum.

Advertisement

Meski terjadi perubahan jumlah band penampil, hal tersebut sama sekali tak menyurutkan semangat mereka. 13 band musik metal mendobrak hati para pecinta metal. Penampilan Nile dan Unearth, dua band metal ternama asal negeri Paman Sam tersebut tak dipungkiri menjadi magnet utama. Namun jangan salah, penampilan band metal asal Taiwan dan 10 band metal tanah air tak kalah memukau.

aliran Metal

Berbagai aliran metal, mulai dari death metal hingga parody hardcore yang berbalut tema antirasme menjadikan Rock in Solo (RIS) semakin unik dan berwarna.

Advertisement

Salah satu band Parody hardcore asal Karanganyar, Gendar Pecel, tampil memukau dengan lirik unik berbahasa Jawa yang diselingi dengan parodi pesan antirasis khas mereka.

“Ini momen yang pas banget, apalagi kemaren malam juga habis pemboman di Perancis. Semoga againts racism bukan hanya sebuah slogan, namun kedepan bisa menjadi pemikiran yg perdamaian dan kemanusiaan dikedepankan dalam berkehidupan secara global,” ujar Panji, vokalis Gendar Pecel saat berbincang dengan Espos melalui media sosial sesaat setelah pentas.

Sementara itu Nile dan Unearth sukses membuat para pecinta metal terpaku berjibaku dalam lautan manusia yang satu suara menolak rasisme.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif