Jogja
Senin, 16 November 2015 - 16:20 WIB

IRIGASI KALI PROGO : Jangkauan Irigasi Saluran Induk Kalibawang Diharapkan Lebih Luas

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saluran Induk Kalibawang. (Harian Jogja/Nina Atmasari)

Irigasi Kali Progo melewati saluran induk Kalibawang diharapkan bisa menjangkau wilayah yang lebih luas

Harianjogja.com, KULONPROGO-Petani di Kulonprogo menyambut baik upaya perbaikan dan pengembangan jalur irigasi. Mereka berharap kebutuhan pengairan menjadi lebih lancar sehingga meningkatkan produktivitas tanaman pertanian.

Advertisement

Sebab, selama ini fasilitas yang ada dianggap cenderung menguntungkan petani yang lahannya paling dekat dengan jalur primer.

Samiran, petani di Dusun Kaliwilut, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo mengaku telah mendengar informasi mengenai rencana pemerintah memperpanjang jalur irigasi Kalibawang hingga wilayah desanya. Namun dia berpendapat, realisasinya akan sulit karena terkendala kondisi geografis.

Advertisement

Samiran, petani di Dusun Kaliwilut, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo mengaku telah mendengar informasi mengenai rencana pemerintah memperpanjang jalur irigasi Kalibawang hingga wilayah desanya. Namun dia berpendapat, realisasinya akan sulit karena terkendala kondisi geografis.

“Medannya pegunungan begitu. Tapi nanti kalau memang bisa, airnya jadi lebih lancar. Petani jelas senang kalau tanaman bisa subur,” ungkap Samiran kepada Harian Jogja, Minggu (15/11/2015).

Samiran mengeluhkan perbaikan jalur irigasi Kalibawang yang dinilai menghambat pemenuhan kebutuhan pengairan sawah karena mempengaruhi jalur-jalur cabang. Masa tanam pertama memang masih lancar.

Advertisement

Pria berumur 39 tahun itu memaparkan, persediaan air yang disalurkan melalui jalur irigasi primer semestinya masih banyak. Petani juga menerapkan sistem pengairan bergilir untuk pemerataan air.

Walau begitu, air tetap terasa sulit karena musim kemarau berkepanjangan, terlebih bagi lahan yang jauh dari jalur irigasi primer. “Itu karena mulai tanamnya berbeda. Utara sudah mulai, sini belum. Waktu jatahnya kami, airnya sudah tinggal sedikit,” kata Samiran.

Samiran lalu mengungkapkan, sejumlah petani di sekitarnya memilih menganggurkan lahan sejak masa tanam kedua karena khawatir rugi. Sementara dia sendiri memilih memanfaatkan sumur bor. Dia juga berusaha melanjutkan hingga musim tanam ketiga, yaitu membudidayakan jagung.

Advertisement

“Kemarin keluar banyak uang buat bahan bakar diesel tapi yang penting bisa menanam,” ujar dia.

Petani lainnya, Mujono, mengeluhkan hal serupa. Lahan pertanian di wilayah tempat tinggalnya di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, sulit ditanami pada masa tanam ketiga.

Tanaman jagung yang disebut membutuhkan lebih sedikit air dibanding padi juga tidak bisa berkembang dengan baik. Lahan yang ada pun jadi dibiarkan begitu saja.

Advertisement

Mujono sebenarnya merasa beruntung karena tidak benar-benar menganggur setelah dua kali masa tanam padi. Meski hanya mengelola tanah orang lain di wilayah Desa Sendangsari, Pengasih, dia tetap masih bisa menanam jagung. Dia kemudian berharap jangkauan jalur irigasi Kalibawang bisa diperluas.

“Kalau [jalur irigasi] Kalibawang bisa sampai Sidomulyo, lumayan bisa menanam jagung sendiri,” ucap Mujono.

Sebelumnya, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengaku jika perbaikan jalur irigasi Kalibawang yang memakan waktu tiga bulan menurunkan produktivitas pertanian.

Meski demikian, hal itu dianggap sebagai resiko jangka pendek. Tahun depan, Pemkab Kulonprogo tetap berencana memperpanjang jalur irigasi tersebut hingga wilayah Sentolo. “Kalau airnya bisa lancar sampai Kaliagung itu luar biasa dan bisa untuk mencetak sawah baru,” papar Hasto usai menyambut kunjungan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman di Dusun Girinyono, Sendangsari, Pengasih pada 4 Oktober lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif