Soloraya
Minggu, 15 November 2015 - 07:45 WIB

HIV/AIDS SOLO : Pengidap HIV Solo Tertinggi Kedua Se-Jateng

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - HIV/AIDS (JIBI/Dok)

HIV/AIDS Solo memprihatinkan.

Solopos.com, SOLO — Pengidap HIV/AIDS di Solo kini menduduki angka tertinggi kedua di Jawa Tengah (Jateng) setelah Semarang. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingginya pengidap HIV/AIDS, salah satunya modernisasi.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Kratonan, dr. Yusuf Bakhtiar, saat menjadi narasumber dalam WorkshopGenerasi Cinta Sehat-Bebas HIV/AIDS dan NAPZA di Atrium Solo Paragon Lifestyle Mall, Jumat (13/11/2015). Kegiatan dalam rangka Peringatan ke-51 Hari Kesehatan Nasional (HKN) itu diikuti sekitar 100 pelajar yang merupakan perwakilan dari 20 SMA /SMK di Solo.

“Beberapa tahun lalu, Solo jumlah pengidap HIV/AIDS menduduki peringkat ketiga se-Jateng. Tapi, saat ini naik menjadi peringkat kedua. Dari hal itu, ada dua arti yakni semakin meluasnya penyebaran HIV/AIDS, tetapi di sisi lain semakin banyak yang menyadari pentingnya pengobatan untuk penanganan sejak dini,” katanya. Namun, ia tidak membawa data sehingga tidak bisa menyebut angka pastinya.

Menurutnya, mayoritas pengidap HIV/AIDS adalah usia produktif mulai 25 tahun hingga 50 tahun. Ia juga menyatakan ada berbagai faktor penyebab meluasnya penyebaran penyakit itu. Namun, salah satunya modernisasi yang semakin mempengaruhi Kota Solo.

Advertisement

“Fakta itu menjadi keprihatinan kami sehingga perlu ada upaya ekstra agar penyebarannya tidak semakin meluas. Salah satunya dengan workshop tentang risiko penularannya yang melalui darah, cairan kelamin, dan air susu ibu. Selain itu, juga penggunaan NAPZA terutama narkoba jenis suntik,” tutur Yusuf.

Ia juga mengimbau generasi muda dan masyarakat untuk ikut melakukan pencegahan dengan memeriksakan diri di puskesmas atau rumah sakit jika memiliki riwayat cara penularannya. Sebab, lanjut dia, pemeriksaan Voluntary Counseling Test (VCT) untuk pengidap HIV/AIDS saat ini masih gratis. “Untuk anak muda, yang penting adalah jangan melakukan seks bebas, tetap setia bagi pasangan yang sudah menikah, serta menjauhi obat-obatan terlarang,” imbuhnya.

Sie Ilmiah HKN dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Solo, Nanang Wiyono, mengatakan workshop itu bertema Jiwa Yang Tegar-No Narkoba dan Hati yang Murni-No Seks Bebas. Kegiatan itu bertujuan menjelaskan tentang bahaya dan pencegahan HIV/AIDS dan NAPZA kepada generasi muda.

Advertisement

“Dari workshop ini, kami berharap generasi muda bisa membagi ilmunya kepada sesama anak muda. Sebab, beberapa tahun terakhir, peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS terutama pada generasi muda. Sampai saat ini, HIV/AIDS tidak ada obatnya dan hanya bisa dikendalikan agar tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh,” katanya saat ditemui wartawan di sela acara, Jumat.

Ia pun berharap para pelajar bisa ikut mencegah penyebarannya dan tidak mengucilkan penderita HIV/AIDS. Menurutnya, HIV/AIDS tidak bisa menyebar melalui bersalaman, penggunaan kamar mandi bersamaan, dan penggunaan alat makan bersamaan.

“Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS memang sulit dihilangkan sehingga para pengidap pun enggan memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit. Ini adalah tantangan kami untuk terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan anak muda agar mereka tidak mengucilkan pengidap HIV/AIDS, bahkan bisa membantu pengobatannya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif