News
Sabtu, 14 November 2015 - 16:15 WIB

SERANGAN TEROR PARIS : Dor! Penonton Eagle of Death Metal Bertumbangan Seperti Domino

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Polisi Prancis membantu seorang korban yang berlumuran darah dekat Gedung Konser Bataclan, setelah serangan teror Paris, Prancis. (JIBI/Solopos/Reuters)

Serangan teror Paris, tepatnya di gedung konser Bataclan, tempat konser Eagle of Death Metal, membunuh ratusan orang.

Solopos.com, PARIS — Teror di gedung konser Bataclan, Paris, Jumat (13/11/2015) malam waktu setempat, memang bukan kali pertama yang terjadi di kota itu. Namun, tragedi ini benar-benar mengguncang gemerlap malam di Paris.

Advertisement

Sebelum kejadian, pusat kota Paris seperti malam-malam biasanya. Para penduduk kota menonton pertunjukan, menikmati malam, hingga minum-minum melepas penat menjelang akhir pekan.

Dan “dor-dor-dor”, peluru berhamburan dari beberapa senjata laras panjang di luar dan di dalam Bataclan. Teror ini mengejutkan karena menyerang jantung salah satu kota terindah di dunia itu dan membunuh ratusan orang. Arena konser yang jadi sasaran serangan teror Paris II ini hanya beberapa ratus langkah dari lokasi kantor Charlie Hebdo, sasaran teror Paris I Januari lalu.

Advertisement

Dan “dor-dor-dor”, peluru berhamburan dari beberapa senjata laras panjang di luar dan di dalam Bataclan. Teror ini mengejutkan karena menyerang jantung salah satu kota terindah di dunia itu dan membunuh ratusan orang. Arena konser yang jadi sasaran serangan teror Paris II ini hanya beberapa ratus langkah dari lokasi kantor Charlie Hebdo, sasaran teror Paris I Januari lalu.

“Saat kami hendak masuk mobil, kami lihat belasan orang berlarian keluar dari Gedung Bataclan,” kata Caterina Giardino, warga negara Italia yang tinggal di kawasan itu. Dia menceritakan bagaimana seorang pria bersenjata berpakaian serba hitum membunuh ratusan orang di gedung peninggalan abad 19 itu.

“Kebanyakan mereka [korban] berlumuran darah, orang-orang pada menjerit,” katanya. Caterina sedang duduk di sebuah kursi tepi jalan saat seorang pria bersenjata dengan jejak tangan berdarah di baju, muncul dari arena konser.

Advertisement

Belum ada klaim tentang siapa yang bertanggung jawab atas kasus ini. Namun para saksi mata di gedung konser Bataclan mendengar teriakan slogan ala kelompok militan dan mengutuk peran Prancis dalam operasi melawan ISIS di Irak-Suriah.

Di dalam gedung itu, band Eagles of Death Metal sedang manggung dalam rangka promosi album keempat mereka. Di tengah-tengah kerumunan orang yang hendak menonton konser itulah, sebagian penonton mulai merasakan ada hal-hal yang aneh.

“Saya menoleh ke belakang dan melihat salah satu penyerang, dia masih mudah, sekitar 20 tahun, dengan sedikit jenggot,” ujar seorang reporter radio Europe 1, Julien Pearce, yang berada di arena konser. Pemuda itu terlihat menembakkan peluru dari senjata laras panjang.

Advertisement

Saat penyerang tersebut menghentikan tembakan, Pearce menyelinap di balik panggung dan berhasil keluar. Namun, para penonton lain banyak yang terjebak dan tak sempat melarikan diri.

“Orang-orang berjatuhan seperti domino,” kata Toon, 22, pemuda yang sempat menyelamatkan diri. Dia berjalan melalui pintu teater saat tiga orang bersenjata mulai menembaki penonton di dalam gedung. “Satu orang memakai topi besar, semuanya berpakaian hitam,” tambahnya.

Beruntung, anggota band yang dibentuk pada akhir 1990-an tersebut selamat. Ibu salah satu punggawa Eagles bernama Jesse Hughes, Jo Ellen Hughes, mengatakan telah berbicara dengan anaknya via telepon setelah kejadian itu. Dia memastikan tak ada yang terluka, namun sempat kacau dan syok.

Advertisement

Dalam sekejap, kepanikan menjalar ke luar gedung. Kepala Kepolisian Paris, Michel Cadot, kepada televisi lokal, menyebut telah membombardir halaman kafe dekat lokasi itu dengan peluru sebelum masuk arena konser.

Beberapa saat kemudian, Presiden Prancis Francois Hollande menyatakan operasi pembebasan warga di dalam gedung tengah berlangsung. Tak lama setelah itu, justru terdengar beberapa kali letusan senjata di dalam gedung.

“Serangan polisi sangat sulit dilakukan. Teroris yang mengunci diri di salah satu lantai memiliki bom eksplosif dan keempatnya terbunuh dalam serangan itu,” kata Cadot.

Serangan ini langsung dikaitkan dengan peran Prancis dalam koalisi pimpinan AS dalam menggempur ISIS di Suriah. Serangan ini menjadi teror besar kedua yang muncul di negara itu setelah teror Paris Januari lalu, termasuk di kantor Charlie Hebdo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif