Jogja
Jumat, 13 November 2015 - 14:20 WIB

KISAH MANTAN PEJUANG : Rumah Mbah Sugeng Akhirnya Diperbaiki

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mbah Sugeng saat menerima bantuan dari Anggota Kodim 0730/GK, Kamis (12/11/2015). (Harian Jogja/David Kurniawan)

Kisah mantan pejuang kemerdekaan dari Gunungkidul mendapatkan perhatian dari Kodim

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Eks Pejuang Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Dusun Plumbungan, Desa Patuk, Patuk, Sugeng Hadisuyatna,89, akhirnya mendapatkan bantuan untuk menyambung hidup. Kamis (12/11/2015) anggota Komando Distrik Militer (Kodim) 0730/GK memberikan bantuan berupa renovasi rumah dan beberapa kebutuhan pokok.

Advertisement

Selain itu, dalam waktu dekat ini anggota Adiministrasi Veteran (Minvet) akan melakukan verifikasi terkait keanggotaan Mbah Sugeng sebagai veteran perang. Tujuan verifikasi ini salah satunya untuk mempermudah pemberian hak-haknya sebagai pahlawan.

Pasi Intel Kodim 0730/GK Kapten Inf Yusuf Burhanudin mengatakan, bantuan ini merupakan aksi spontanitas dari anggota kodim untuk membantu Mbah Sugeng. Hal ini juga sebagai tindak lanjut laporan mengenai seorang pejuang yang belum mendapatkan santunan dari pemerintah.

Advertisement

Pasi Intel Kodim 0730/GK Kapten Inf Yusuf Burhanudin mengatakan, bantuan ini merupakan aksi spontanitas dari anggota kodim untuk membantu Mbah Sugeng. Hal ini juga sebagai tindak lanjut laporan mengenai seorang pejuang yang belum mendapatkan santunan dari pemerintah.

“Selain bantuan kebutuhan pokok, kami juga membantu untuk merenovasi rumah yang ditinggali Mbah Sugeng,” kata Yusuf kepada awak media, Kamis.

Dia menjelaskan, proses bantuan kepada veteran perang tidak bisa dilakukan secara asal dan harus sesuai dengan aturan yang ada. Salah satunya harus memiliki kartu keanggotaan veteran, seperti yang dipersyaratkan dari minvet.

Advertisement

Lebih jauh dikatakan Yusuf, selama ini ada dua kategori pahlawan, yakni pahlawan yang dikenal dan tak dikenal. Menurut dia, kemungkinan besar Mbah Sugeng masuk kategori yang tak dikenal sehingga masih belum bisa mendapatkan bantuan. “Apapun itu, kami konsen dan kapan saja siap memberikan bantuan,” tegas dia.

Sementara itu, Mbah Sugeng mengaku bangga dan senang dengan bantuan yang diberikan oleh TNI. Dia pun tidak berhenti tersenyum melihat rumahnya diperbaiki oleh petugas. “Saya senang dan bangga, terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada saya,” kata Sugeng.

Untuk diketahui, Mbah Sugeng yang Memiliki 8 anak denga 17 cucu dan delapan cicit  ini mengaku pernah menjadi Pembela Tanah Air (PETA). Hal ini dibuktikan dengan kepemilikian piagam penghargaan sebagai anggota PETA.

Advertisement

Kesehariannya mencukupi kebutuhan hidup dengan bertani dan terkadang meminta bantuan kepada anak-anaknya yang tingal berdekatan. Mbah Sugeng bercerita masuk menjadi anggota PETA pada 1944 lalu. Dia masuk dalam kesatuan DAI.IV.Daidan, Gunungkidul dengan pangkat terakhir Gyuhei. Hingga sekarang meski sudah berkurang pendengarannya, ia juga masih mengingat kata-kata penyemangat dan salam hormat di kesatuan tersebut.

“Setelah peta dibubarkan di 1945, saya masuk ke kesatuan Batalyon 10 Yogyakarta. Tapi setahun kemudian, saya terpaksa keluar karena ibu tidak ingin melihat anaknya mati dalam pertempuran lagi,” kata Sugeng dengan aksen Bahasa Jawa yang kental.

Untuk pengalaman perang sendiri, Sugeng mengaku sempat ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Jawa Tengah. Atas partisipasnya di kemiliteran ini, ia juga harus merelakan rumah limasan miliknya dibakar oleh Belanda saat berusaha untuk menjajah lagi.

Advertisement

“Pembakaran terjadi pada 1948 lalu. Akibat peristiwa itu, saya juga harus pindah ke sini [rumah yang ditempati sekarang] demi alasan keamanan,” kenang kakek 17 cucu ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif