Lifestyle
Jumat, 13 November 2015 - 17:45 WIB

HASIL PENELITIAN : “Orang Indonesia Enggan Ubah Gaya Hidup"

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi olahraga rutin (womenhealthandfitness.com)

Hasil penelitian menyebutkan orang Indonesia sadar akan kesehatan, tetapi enggan untuk mengubah gaya hidup.

Solopos.com, SOLO – Sebagian orang Indonesia rupanya peduli dengan kesehatannya. Namun sayang, menurut hasil penelitian, mereka enggan untuk mengubah gaya hidup.

Advertisement

Menurut penelitian yang melibatkan 706 orang di Jakarta dan Jawa Timur, diketahui 73 persen responden mengakui pentingnya menjaga kesehatan diri. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berkisar 52 persen.

Penelitian ini melibatkan orang dewasa berusia 25-60 tahun. Dalam penelitian itu responden melakukan sesi wawancara secara online dalam durasi 20 menit. Hasilnya, sekalipun menganggap kesehatan pribadi penting, namun sebagian dari mereka justru enggan mengubah gaya hidupnya menjadi sehat. Lebih dari sepertiga responden (35 persen) masih tidak berolahraga rutin.

Kemudian, 32 persen masih terbiasa tidur kurang dari enam jam per harinya. Tak hanya itu, 28 persen responden masih merokok.

Advertisement

“Apa yang kita lihat adalah adanya peningkatan kesehatan. Namun, apa yang belum sepenuhnya bergeser adakah tidak adanya hubungan antara kesadaran atas gaya hidup yang lebih baik,” kata Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia, Elin Waty, di Jakarta, Kamis (13/11/2015) seperti dilaporkan Kantor Berita Antara.

Bila dilihat dari alasan responden, masalah biaya dan waktu menjadi hambatan utama menjalani gaya hidup sehat dan aktif. Selain itu, kurangnya motivasi diri, gangguan yang membuat tidak fokus, kurangnya fasilitas olahraga turut menjadi hambatan.

Kepala Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM,dr. Em Yunir, SpPD-KEMD, mengatakan, sekalipun melakukan gaya hidup sehat merupakan hal termudah mencegah munculnya penyakit semacam diabetes, namun ini paling sulit dilakukan.

Advertisement

“Mengubah gaya hidup paling susah dilakukan. Seringkali pengetahuan dan perilaku tak seimbang, apalagi kalau perilaku yang dituntut menganggu kenyamanan hidup seseorang,” kata Yunir dalam kesempatan yang sama.

Yunir mencontohkan, mengubah kebiasaan konsumsi makanan berlemak dengan sayuran, misalnya, tak semua orang mampu melakukannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif