Jogja
Rabu, 11 November 2015 - 03:20 WIB

WISATA KULONPROGO : Tumbuhkan Rasa Persaudaran Lewat Napak Tilas Petilasan Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kraton Jogja (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Wisata Kulonprogo terus dikembangkan, termasuk dengan mengadakan wisata alternatif.

Harianjogja.com, JOGJA — Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY bersama Pussaka Institute akan menyelenggarakan napak tilas petilasan di Kulonprogo pada (13/11/2015) mendatang. Kegiatan ini nantinya akan mengambil tema “Nandur Banyu Paguripan, Ngrabuk Paseduluran”.

Advertisement

Direktur Pussaka Institute, Leonardo Budi Setiawan mengatakan napak tilas petilasan di Kulonprogo ini bertujuan untuk mengajarkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Selain itu untuk menumbuhkan rasa persaudaraan bagi sesama.

“Kegiatan ini menjadi penting dan memiliki sejarah yang panjang di daerah tersebut, terutama hubungannya Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Makanya kami ingin mengangkatnya,” kata Leonardo saat jumpa pers di Pendopo Disbud DIY, Selasa (10/11/2015).

Setidaknya ada seribu pegiat seni akan terlibat dalam Napak Tilas Petilasan Kulonprogo. Beberapa rangkaian acara napak tilas itu, antara lain kirab budaya masing-masing kelompok kesenian, penanaman sembilan pohon beringin putih, pelepasan bibit ikan di bendungan, sarasehan sejarah ekologi budaya DIY, pembagian pohon, kesenian tradisional strek muslim tanjung, jathilan, gejog lesung, soreng menoreh, dan wayang wong.

Advertisement

“Total yang terlibat seribu pegiat seni,” lanjutnya.

Ketua Panitia Lucia Dianawuri mengatakan khusus untuk penanaman pohon beringin berjumlah sembilan karena menjadi simbol Hamengkubuwono IX yang telah membangun Bendungan Ancol sebagai bagian dari Selokan Mataram.

Mengapa pohon yang dipilih beringin, karena lambang keteduhan yang mengayomi. Tema ‘Nandur Banyu Panguripan Ngrabuk Paseduluran’ tersebut, kegiatan itu untuk melebur aktivitas budaya masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Advertisement

“Harapannya masyarakat akan menjadi tahu aspek ekologi penting dalam kebudayaan. Tidak hanya aspek kesenian, tetapi juga lingkungan dan berdampak pada kesejahteraan bersama,” kata Lucia.

Selama ini kecenderungan kesenian kerap hanya sekadar tontonan. Sebab itu, aspek ekologi diangkat dalam kegiatan tersebut agar masyarakat menjadi peduli lingkungan.

Koordinator Pokja Penguatan Kelembagaan Pelestari Warisan Budaya dari Dinas Kebudayaan DIY, Guntur Prabawanto, mengatakan kegiatan ini sangta didukung Disbud DIY. Kegiatan ini mengajak masyarakat melestarikan budaya sekaligus peduli dan menyelaraskannya dengan lingkungan.

“Sebagai gerakan bersama dalam bidang seni dan ekologi, ini akhirnya juga dapat memupuk persaudaraan dalam masyarakat,” kata Guntur.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif