Entertainment
Rabu, 11 November 2015 - 05:20 WIB

NGAYOGJAZZ 2015 : Bhinneka Tunggal Jazznya

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kolaborasi musisi lokal dan asing di Ngayogjazz 2014, Sabtu (22/11/2014). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Ngayogjazz 2015 membawa pesan persatuan

Harianjogja.com, SLEMAN– Di penghujung November 2015, Ngayogjazz bakal kembali menghibur ribuan penonton dengan membawa pesan semangat persatuan.

Advertisement

Even yang pernah menyedot 26.000 pengunjung pada 2014 itu, tahun ini bakal digelar di Desa Pendowoharjo, Sleman pada 21 November mendatang. Penanggungjawab Ngayogjazz 2015 Bondan TM mengungkapkan, tiap tahun even ini selalu membawa tema yang berbeda.

Tahun ini, Ngayogjazz mengusung tema Bhinneka Tunggal Jazznya. Terinspirasi dari kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang diambil dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang secara harfiah berarti beraneka itu satu. “Artinya berbeda-beda tapi tetap disatukan oleh jazz,” kata Bondan dalam siaran pers, Selasa (10/11/2015).

Pesannya kata dia, keberagaman yang ada saat ini bukan menjadi pemisah bagi tiap kelompok atau insan manusia tapi sebuah kesatuan yang saling melengkapi.

Advertisement

“Meskipun beragam musisinya dan gaya bermainnya, namun saat dimainkan bersama bisa menjadi satu spirit yang memunculkan harmoni yang indah,” lanjutnya.

Ngayogjazz kali ini juga mengusung ikon burung Garuda. Ikon ini sarat makna, terinspirasi dari burung Jatayu yang dalam cerita pewayangan adalah burung Garuda perkasa yang menyelamatkan Dewi Shinta. Burung ini melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan dan disiplin.

Sedangkan Desa Pendowoharjo sengaja dipilih sebagai lokasi acara karena desa ini memiliki beragam kesenian tradisional mulai dari bregada, kethoprak, karawitan, mocopatan, wayang kulit, jathilan dan beragam kesenian lainnya.

Advertisement

Seperti tradisi Ngayogjazz selama ini yang tak hanya menampilkan gelaran musik jazz dengan berbagai musisi lokal hingga manca negara, namun juga menampilkan kesenian lokal sebagai kesatuan acara.

Ngayogjazz 2015 merupakan kali ke sembilan. Sejak acara ini kali pertama tampil pada 2007 dengan lokasi berpindah-pindah dari satu desa ke desa lainnya di DIY. Gelaran musik jazz yang tidak dipungut biaya alias gratis ini merupakan upaya mendobrak pandangan bahwa musik jazz tak hanya konsumsi kaum elit yang membeli tiket dengan harga mahal untuk setiap pertunjukannya. Ngayogjazz dihadiri berbagai kalangan dari rakyat jelata hingga kalangan elit. Seperti diungkapkan Bondan bahwa sejarah musik jazz sendiri sejatinya lahir dari masyarakat bawah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif