News
Rabu, 11 November 2015 - 21:00 WIB

KONTRAK KARYA FREEPORT : Dugaan Politikus Jual Nama Presiden ke Freeport Dinilai Sudah Biasa

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jokowi-Obama (Reuters/Jonathan Ernst)

Kontrak karya Freeport menjadi isu panas. Namun di tengah renegosiasi, muncul tudingan bahwa ada politikus yang menjual nama Presiden.

Solopos.com, JAKARTA — Tudingan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said bahwa ada politikus di DPR yang menjual nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kepada PT Freeport untuk mendapatkan kembali kontraknya, dinilai sangat mungkin terjadi.

Advertisement

Peneliti politik dari Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia Lucius Karus mengatakan praktik minta jatah dengan menjual nama Presiden Jokowi itu biasa dan sangat mungkin terjadi. “Pasalnya, dari politikus yang terlibat kasus suap kerap memulai inisiatif permintaan jatah sebagai imbalan atas bantuan yang akan diberikan,” katanya saat dihubungi, Rabu (11/11/2015).

Selain itu, menjual nama Presiden dan Wapres itu biasa dilakukan politikus untuk melancarkan strategi untuk merebut kewenangan dalam pembuatan kebijakan. “Politisi Senayan bisa memanfaatkan kekuasaan mereka untuk mendapatkan upeti dari Freeport.”

Namun seharusnya, Menteri ESDM harusnya bisa melengkapi pernyataannya dengan nama oknum yang melakukannya. “Hal itu harusnya dilakukan agar semuanya jelas. Tidak menutup kemungkinan, jatah atau upeti itu tidak hanya diberikan ke orang-perorangan tetapi bisa juga kepada parpol,” kata Lucius Karus.

Advertisement

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yenny Sucipto menganggap permintaan itu tidak etis dilakukan. “Fungsi budgeting dan kontrol yang melekat di DPR harusnya tidak digunakan untuk meminta jatah.”

Sebelumnya, dalam program Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV, 23 September 2015, Sudirman ditanya soal berbagai tantangannya sebagai Menteri ESDM. Salah satu pengakuannya adalah munculnya berbagai tekanan, termasuk campur tangan dalam renegosiasi kontrak karya Freeport di Indonesia.

“Kalau soal Freeport, itu bukan kelasnya orang kementerian yang main. Secara tradisional itu menjadi ‘mainannya’ tokoh-tokoh. Saya cerita saja, dalam menyelesaikan negosiasi, banyak tokoh besar yang merasa ‘hanya dengan saya ini [negosiasi] bisa diselesaikan’,” katanya dalam dialog itu.

Advertisement

Sudirman Said lalu bercerita pengalamannya saat bertemu Bos Freeport McMoran, Jim Bob Moffett, pada November 2014 lalu. Saat didesak siapa tokoh politik yang dia maksud oleh host Najwa Shihab, Sudirman tak menyebut nama.

“Saya tahu Pak Jim Bob ini terus didekati salah seorang tokoh partai, [orangnya] yang sedang ramai di DPR. Kompensasinya saya tidak tahu, tapi dia [Jim] bercerita satu persatu diminta apa, diminta apa, oleh tokoh politik.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif