Jogja
Selasa, 10 November 2015 - 13:41 WIB

SALAH DIAGNOSIS : Diagnosis Dokter RSUD Wonosari Berubah, Pasien Kecewa

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Salah diagnosis dituduhkan pada RSUD Wonosari Gunungkidul

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Salah seorang pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari merasa dikecewakan oleh dokter setempat, yang telah salah mendiagnosis penyakit anggota keluarganya.

Advertisement

Hal itu diungkapkan oleh Eko Prabowo, seorang putra dari Suparmi. Suparmi adalah pasien RSUD Wonosari, berusia 60 tahun, yang menjadi korban salah diagnosis tersebut.

Eko mengaku kecewa dengan kinerja dokter yang menangani ibunya. Sebab, akibat diagnosis dari dua orang dokter RSUD Wonosari, justru menyebabkan kondisi ibunya malah memburuk.

Advertisement

Eko mengaku kecewa dengan kinerja dokter yang menangani ibunya. Sebab, akibat diagnosis dari dua orang dokter RSUD Wonosari, justru menyebabkan kondisi ibunya malah memburuk.

“Saya minta pihak manajemen harus mengevaluasi kinerja para dokter. Jangan sampai kejadian serupa menimpa orang lain,” sesalnya, Minggu (8/11/2015).

Eko kemudian mengisahkan kronologi kejadian yang menimpa ibundanya tersebut. Pada akhir Oktober 2015 lalu, ibunya mengeluhkan sakit di bagian perut. Karena sakit tidak kunjung reda, maka ia memeriksakan ibunya ke RSUD Wonosari.

Advertisement

Kemudian, saran dokter disetujui oleh pihak keluarga dan operasi dilaksanakan pada  27 Oktober 2015. Namun saat operasi, penyakit yang diderita oleh Suparmi ternyata bukan kista, melainkan penyempitan saluran kencing.

“Awalnya itu dikatakan kista, tapi saat operasi diketahui ternyata penyempitan saluran kencing,” terangnya.

Setelah dioperasi, menurut Eko, kondisi ibunya mulai membaik. Namun pada Selasa (3/11/2015), kondisinya malah menurun sehingga Suparmi kembali dibawa ke RSUD oleh pihak keluarga. Saat itu  dokter langsung melakukan penanganan dan akhirnya diperbolehkan pulang. Namun, Suparmi diminta untuk kembali kontrol ke poliklinik pada Kamis (5/11/2015).

Advertisement

Di Poli Kandungan, dokter langsung melakukan pemeriksaan dan menyatakan kondisi pasien cukup baik. Namun pada Minggu (8/11/2015) pagi sekitar pukul 06.00 WIB, tiba-tiba Suparmi mengeluh batuk.

Setelah diperiksa, ternyata jahitan bekas operasi jebol [sobek], sehingga langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (UGD) RSUD Wonosari. Karena kondisinya cukup parah, dokter UGD langsung merujuk ke RS Panti Rapih Jogja untuk mendapatkan perawatan intensif.

“Dokter UGD RSUD Wonosari tidak sanggup untuk melakukan tindakan medis karena kondisi pasien cukup mengkhawatirkan,” imbuh Eko.

Advertisement

Dimintai keterangan soal kasus ini, Petugas Pengelola Informasi dan Dokumentasi RSUD Wonosari, Aris Suryanto mengaku pihaknya akan segera menindaklanjuti keluhan keluarga pasien tersebut. Hingga saat ini, ia masih belum bisa mendapatkan konfirmasi dari dokter yang menangani pasien.

“Saya juga masih perlu mengetahui lebih lanjut apakah kondisi yang dialami pasien itu salah diagnosis atau bukan,” tutur Aris.

Di tingkat legislatif, Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gunungkidul, Heri Nugroho justru mengatakan bahwa kondisi salah diagnosis pasien, bukan terjadi pertama kalinya di RSUD Wonosari.

DPRD sempat memanggil pihak RSUD dan meminta mereka untuk memperbaiki pelayanan mereka. Meski demikian, pihaknya menilai ternyata RSUD Wonosari masih belum menindaklanjutinya secara serius.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif