Soloraya
Senin, 9 November 2015 - 11:00 WIB

BENCANA WONOGIRI : BPBD Imbau Warga Potong Dahan dan Tutup Rekahan Tanah

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan (wallconvert.com)

Bencana Wonogiri diantisipasi dengan meminta warga memotong dahan dan menutup rekahan.

Solopos.com, WONOGIRI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri mengimbau kepada seluruh masyarakat Wonogiri untuk memotong ranting pohon di tepi jalan maupun rumah serta menutup rekahan tanah.

Advertisement

Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan sesuai perkiraan cuaca Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan di Wilayah Wonogiri dimulai pada November dasarian 1,2 dan 3. Khusus untuk wilayah Wonogiri selatan dimulai pada dasarian 1 Desember.

“Kami mohon kewaspadaan masyarakat pada pada musim pancaroba. Sebab pada perubahan musim, biasanya angin akan bertiup kencang,” kata dia, Minggu (8/11/2015).

Bambang mengimbau agar masyarakat mulai memperhatikan keberadaan ranting-ranting pohon yang sudah lapuk atau membahayakan untuk dipotong. Terutama yang berada di tepi jalan atau di tengah pemukiman.

Advertisement

“Agar beban pohon berkurang dan tidak tumbang saat ada angin kencang,” kata dia.

Bambang juga meminta agar warga turut membantu pencegahan musibah tanah longsor. Salah satu caranya dengan menutup rekahan tanah yang timbul saat musim kemarau.

Sebab setelah memasuki musim hujan, bukan tidak mungkin air akan masuk ke celah tanah tersebut. Pada lahan yang memiliki kemiringan tertentu, kondisi tersebut sangat membahayakan dan rawan terjadi tanah longsor.

Advertisement

Warga juga diharapkan proaktif untuk melaporkan secepatnya kepada apabila terjadi bencana alam di sekitarnya. Tujuannya agar dapat dilakukan penanganan secepatnya.

Di sisi lain saat ini masyarakat Pracimantoro, khususnya di wilayah Banaran, mulai khawatir dengan keberadaan jembatan penghubung dusun Banaran dan Babadan. Sebab kondisi jembatan sudah rusak dan membahayakan.

“Jembatannya hanya terbuat dari kayu. Saat ini kondisinya sudah miring. Kalau hujan, tentu akan membahayakan. Padahal posisi jembatan tersebut cukup vital bagi masyarakat setempat,” kata salah satu tokoh masyarakat Pracimantoro, Sutrisno, Minggu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif