Perbankan Soloraya ini terkait pertumbuhan kredit BPR Soloraya yang melampui nasional.
Solopos.com, SOLO — Pertumbuhan kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Soloraya mencapai 10,97% year to date (ytd) atau dari Januari-September lebih tinggi dibandingkan dengan nasional, yakni 8,63% ytd.
Kondisi ekonomi yang sedang lesu dinilai tidak berdampak pada kinerja perbankan. Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Triyoga Laksito, mengatakan tren pertumbuhan kinerja BPR di Soloraya beriringan dengan kinerja di Jateng maupun nasional.
Dia mengatakan aset BPR juga mampu tumbuh sebanyak 8,31% dengan capital adequacy ratio (CAR) yang tumbuh 22,34%. Menurut dia, tingginya pertumbuhan kredit BPR karena sasaran utama adalah kredit mikro dengan nominal kurang dari Rp25 juta.
Dia mengatakan aset BPR juga mampu tumbuh sebanyak 8,31% dengan capital adequacy ratio (CAR) yang tumbuh 22,34%. Menurut dia, tingginya pertumbuhan kredit BPR karena sasaran utama adalah kredit mikro dengan nominal kurang dari Rp25 juta.
Dia mengatakan meski bank umum juga menyasar kredit mikro tapi BPR dinilai mampu menjangkau daerah yang lebih luas dengan pendekatan personal sesuai dengan budaya setempat. Oleh karena itu, BPR tetap mampu bertahan dan tumbuh meski persaingan bisnis perbankan semakin ketat.
“Rebutan pasar [antara BPR dan bank umum] memang tidak bisa dihindari tapi asalkan perilaku pengurus dan pegawai BPR baik dan tidak menyebabkan fraud, tidak akan ada masalah,” ungkap Yoga, Kamis (5/11/2015).
BPR juga harus lebih cermat dalam menyalurkan kredit dan melakukan pemantauan untuk menghindari kenaikan non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah.
Dia mengungkapkan NPL pada September turun menjadi 6,44% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (6,8%) tapi naik jika dibandingkan awal tahun (6,08%).
“Kami berharap BPR bisa membantu mengenalkan asuransi mikro kepada nasabahnya. Hal ini supaya saat ada musibah seperti sakit atau kecelakaan, tidak mengganggu cash flow usaha karena dikaver asuransi. Apalagi preminya yang murah tentu tidak akan membenani masyarakat,” kata dia.
Sementara itu, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) menunjukkan aset BPR dan BPR Syariah di Soloraya senilai Rp4,83 triliun hingga September.
Hal ini masih kecil, yakni hanya 7,23% jika dibandingkan dengan bank umum (konvensional dan syariah) yang mampu mencapai RP66,79 triliun.
Dari sisi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), BPR di Soloraya juga masih rendah, yakni 8,92% ytd sedangkan bank umum sebanyak 14,08%. Namun untuk pertumbuhan kredit lebih banyak di BPR, yani 11,06% ytd sedangkan bank umum 10,12%.