Entertainment
Minggu, 8 November 2015 - 19:20 WIB

PENTAS TEATER : Pertunjukan Unik dengan Data Statistik (1/2)

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan pentas teater kolaborasi antara Rimini Protokoll dari Jerman dan Teater Garasi bertajuk 100% Yogyakarta di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (31/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Pentas teater, campur tangan Teater Garasi membuat pentas bertajuk 100% Yogyakarta itu menjadi semakin terkesan ilmiah

Harianjogja.com, JOGJA—Panggung masih gelap. Beberapa saat terlihat menerang. Di tengahnya mendadak seorang pria dengan stand mic membuka pembicaraan. Pria tiga puluhan tahun itu mengaku memperkenalkan dirinya.

Advertisement

“Saya bekerja di lembaga statistik,” kata pria yang mengaku bernama Istato Hudayana ini.

Kenapa dia yang membuka adegan. Bukan tanpa alasan. Pentas yang digelar selama dua hari mulai Sabtu-Minggu (31/10/2015-1/11/2015) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) itu tampak berbeda dengan pentas teater pada umumnya.

Rimini Protokoll, kelompok teater yang berbasis di Berlin, Jerman sengaja mengemas teater malam itu dengan unik. Tak ada teriakan aktornya, tiada pula unjuk pamer kostum serta properti panggung.

Advertisement

Cukup dengan sebuah pantulan cahaya proyektor berbentuk lingkaran besar di latar belakang panggung dan beberapa properti kecil lainnya. Selain itu, di salah satu adegan, mereka menggunakan tribun buatan sebagai pelengkap pertunjukan.

Campur tangan Teatar Garasi membuat pentas bertajuk 100% Yogyakarta itu menjadi semakin terkesan ilmiah. Pentas teater yang dimainkan oleh seratus “orang biasa” itu menjadi terasa kian tak biasa.

Betapa tidak, teater berdurasi sekitar 90 menit itu menampilkan data statistik yang disulap ke dalam sebuah pertunjukan panggung. Lantaran para aktornya adalah “orang biasa”, maka jangan harap mereka akan menampilkan akting dan gerak panggung yang menawan.

Advertisement

Kepolosan dan ketanpa ekspresian mereka dalam menjawab setiap pertanyaan dalam pentas statistika itu menjadi kekuatan tersendiri. Sepanjang pentas, seratus orang itu tak pernah menuturkan dialog. Setiap pertanyaan yang diajukan, mereka jawab dengan gerakan.

Beberapa pertanyaan harus mereka jawab dengan berpindah ke lokasi titik yang sudah disediakan sesuai jawaban mereka. Ada pula pertanyaan yang harus dijawab dengan mengangkat papan berwarna sesuai dengan warna tulisan dalam pilihan jawaban yang disediakan.

Hebatnya, setiap pertanyaan nyaris selalu menimbulkan riuh penonton. Bukan lantaran pertanyaan itu yang membuat penonton meriuh, tapi lebih pada kepolosan para “orang biasa” itu dalam menjawabnya.
Dalam satu adegan misalnya, seorang remaja dan bocah perempuan berdiri terpaku di tengah panggung.
Kerumunan 98 orang yang sebelumnya ada di antara mereka berdua, mendadak menepi saat pertanyaan muncul.
“Kami mengidap HIV-AIDS”.

Begitu pertanyaan itu muncul, hanya remaja dan bocah dan perempuan itu saja yang bertahan di tengah panggung, tepat di bawah lingkaran yang bertuliskan pertanyaan itu. Sontak, penonton serempak riuh berteriak bangga. Kepolosan wajah keduanya mengundang tepukan tangan ratusan penonton yang hadir malam itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif