Soloraya
Minggu, 8 November 2015 - 03:45 WIB

KONDISI PERPUSTAKAAN : Butuh Rp5 Triliun untuk Maksimalkan Semua Perpustakaan di Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perpustakaan (JIBI/Solopos/Dok)

Kondisi perpustakaan di Indonesia membutuhkan dana besar agar bisa dimaksimalkan manfaatnya.

Solopos.com, SOLO-Minat baca di Indonesia saat ini hanya sekitar 10 persen karena 90 persen masyarakat lebih memilih untuk menonton televisi. Selain pengaruh kemajuan teknologi, minat baca tersebut juga dipengaruhi kondisi perpustakaan di Indonesia yang memprihatinkan.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Kharis A., saat ditemui wartawan seusai acara pembukaan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Rumah Dinas Wakil Wali Kota Solo, Sabtu (7/11/2015). Menurutnya anggaran dari pemerintah pusat untuk pengembangan perpustakaan juga masih minim sehingga pengelolaannya tidak bisa maksimal.

“Anggaran untuk pengelolaan perpustakaan di Indonesia pada APBN 2016 hanya Rp701 miliar. Padahal, untuk pengelolaan perpustakaan idealnya mencapai Rp5 triliun karena saat ini banyak perpustakaan di Indonesia yang kondisinya memprihatinkan. Dari kunjungan saya di sejumlah perpustakaan di Indonesia, mayoritas koleksi bukunya sedikit, ruangannya kecil, serta panas,” katanya.

Kondisi itu, lanjut dia, membuat masyarakat enggan untuk datang ke perpustakaan sehingga minat baca semakin menurun. Indonesia bisa kehilangan generasi yang suka membaca jika kondisi tersebut dibiarkan begitu saja. Apalagi, kemajuan teknologi membuat masyarakat dimudahkan mencari informasi melalui internet yang lebih praktis meskipun tidak selengkap buku.

Advertisement

Ke depan, ia berharap pemerintah bisa menaikkan anggaran untuk pengelolaan perpustakaan agar menarik pengunjung sehingga perpustakaan tidak selalu dianggap kuno. Menurutnya, dari banyak perpustakaan di Indonesia, yang dianggapnya bagus adalah di Jogja. Sebab, koleksi bukunya melimpah, penataan ruang yang menarik, dan berbagai fasilitas yang mendukung kebutuhan anak muda.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional, Woro Titi Haryanti, juga menyatakan jika anggaran pengelolaan perpustakaan di Indonesia masih minim. Namun, ia terus mengimbau pemerintah daerah untuk memaksimalkan anggaran itu dan memanfaatkan pendapatan asli daerah [PAD] dalam mendukung pengelolaan perpustakaan di daerah.

“Perpustakaan daerah memang harus kreatif agar masyarakat mau datang berkunjung. Permasalahannya, minat baca di perpustakaan semakin menurun karena buku tidak dekat dengan masyarakat. Untuk itu, perlu pendekatan terus menerus dengan perpustakaan keliling,” ujarnya yang menjadi narasumber dalam acara itu.

Advertisement

Selain itu, lanjut dia, kultur masyarakat di Indonesia juga berbeda dengan orang luar negeri. Di luar negeri warganya memerlukan perpustakaan, sedangkan di Indonesia perpustakaan dibangun untuk memberikan fasilitas ke masyarakat.

“Untuk itu perlu strategi yang tepat dan terus menerus untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Salah satunya dengan mengintensifkan hari kunjung nasional, promosi, dan lomba-lomba yang berkaitan dengan membaca buku. Selain itu, juga dengan penerapan jam wajib baca di sekolah minimal 10 menit sebelum pelajaran dimulai,” tutur Woro.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif