Kesehatan untuk pengobatan bernuansa alami kini diminati.
Harianjogja.com, SLEMAN – Penggunaan obat tradisional atau biasa disebut herbal memang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Bahkan banyak produk herbal ini yang sudah dikemas sangat modern dengan kasiat yang sama.
Melihat fenomena ini Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (FK UGM) bekerja sama dengan Berlico Farma dan PT Sido Muncul menggelar seminar herbal. Seminar ini memaparkan bagaimana produk herbal tidak selamanya buruk.
Pakar Herbal, Guru Besar UGM, Prof Nyoman Kertia, MD., Ph.D, mengaku pernah meneliti obat tradisional berbahan dasar temulawak. Dia menjelaskan temulawak sangat baik digunakan untuk menjaga kesehatan.
Pakar Herbal, Guru Besar UGM, Prof Nyoman Kertia, MD., Ph.D, mengaku pernah meneliti obat tradisional berbahan dasar temulawak. Dia menjelaskan temulawak sangat baik digunakan untuk menjaga kesehatan.
“Dulu awal saya meneliti temulawak dikira rekan-rekan dokter mengembangkan ilmu hitam. Namun setelah sukses meneliti ternyata tidak sedikit yang kini malah ikut-ikut pakai resep herbal,” tutur Kertia saat seminar bertajuk “Pemanfaatan Herbal Sebagai Paradigma Baru dalam Bidang Pelayanan Kesehatan” yang diikuti 400 peserta di Auditorium FK UGM, Kamis (5/11/2015).
Menurut Kertia, sudah saatnya herbal dijadikan andalan mengingat Indonesia memiliki lebih dari 2.000 spesies tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan. Fenomena dominasi penggunaan obat kimia ini menjadi kendala bagi para dokter yang ingin membudayakan penggunaan obat-obatan herbal dari bahan alami.
“Mana yang lebih ‘cespleng’ sebenarnya tergantung kebutuhan kita. Kalau kita menginginkan zat kurkuma dari temulawak, maka dijus atau diparut saja. Atau bisa simplisia (ditumbuk lalu diseduh), jadi kesegarannya terjaga,” ujar Kertia.
Selain itu jika ingin mendapatkan manfaat minyak atsirinya, maka temulawak bisa direbus. Ada juga orang yang membuat ekstrak temulawak. Ekstrak ini memang gampang diserap tubuh, tapi ternyata justru ada efek sampingnya.
Kurkuma dan minyak atsiri adalah zat yang paling banyak dimanfaatkan dalam dunia medis. Kurkuma sering digunakan untuk pengobatan pasien lever dan perawatan pasien osteoatritis. Minyak atsiri mampu mengobati rematik. Kedua zat ini juga mengandung anti-oksidan yang baik untuk mencegah kanker.
“Belakangan pemberian resep obat herbal mulai dibiasakan banyak dokter. Ini hal yang baik, karena berdasarkan penelitian yang saya lakukan, terbukti bahwa obat-obat herbal lebih baik daripada obat kimia dalam banyak hal,” ucap Kertia.
Direktur Obat Asli Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Mauizzati Purba mengatakan kontrol akan obat herbal memang selalu dilakukan. Sejauh ini obat herbal yang beredar masih sesuai dengan standar yang ada.
“Beberapa yang menyalahi prosedur sejauh ini karena memang dicampur dengan kimia berbahaya. Jadi bukan produk herbalnya, namun capurannya,” kata Mauizzati.
CEO PT Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan bahwa Sido Muncul berusaha untuk tidak memberikan campuran kimia dalam produknya. Hal ini untuk menjaga cirikas jamu.
“Kami juga berharap dunia kedokteran memiliki wawasan yang luas mengenai perkembangan industri jamu. Tentunya agar ada pengembangan penelitian-penelitian yang dilakukan dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan,” jelas Irwan.