Jateng
Kamis, 5 November 2015 - 01:50 WIB

KEBUTUHAN POKOK : Meski Deflasi, BI dan TPID Tetap Kendalikan Harga, Ini Alasannya

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Harga kebutuhan akan tetap dikendalikan BI dan TPID meski saat ini terjadi deflasi.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-D.I. Yogyakarta bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap berusaha keras mengendalikan harga meski pada Oktober lalu Jateng dilanda deflasi.

Advertisement

“Meskipun secara keseluruhan terjadi deflasi dan di beberapa kota terjadi inflasi yang relatif rendah, Bank Indonesia bersama TPID masih akan terus mengupayakan berbagai kegiatan pengendalian harga,” kata Kepala BI Kanwil V Jateng-DIY Iskandar Simorangkir melalui keterangan resminya di Semarang, Rabu (4/11/2015).

Upaya pengendalian harga tersebut di antaranya melakukan pemantauan dan penyampaian informasi harga harian, pengawasan pasokan baik di produsen maupun pasar, serta koordinasi dengan pelaku pasar dan SKPD terkait.

Advertisement

Upaya pengendalian harga tersebut di antaranya melakukan pemantauan dan penyampaian informasi harga harian, pengawasan pasokan baik di produsen maupun pasar, serta koordinasi dengan pelaku pasar dan SKPD terkait.

Sebelumnya, sesuai data dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, pada bulan Oktober 2015 Jawa Tengah masih mengalami deflasi sebesar 0,04 persen.

Angka tersebut tidak sedalam deflasi September 2015 yang sebesar 0,15 persen. Menurut dia, realisasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan historisnya pada bulan Oktober selama periode 2010-2014 yang terjadi inflasi sebesar 0,21 persen.

Advertisement

Secara parsial, tiga kota pantauan mengalami deflasi sedangkan tiga kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Cilacap yaitu sebesar 0,23 persen, sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal yaitu sebesar 0,29 persen.

“Penurunan harga pada komoditas cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabai hijau menjadi pendorong deflasi kelompok ‘volatile food’,” katanya.

Penurunan harga cabai disebabkan oleh melimpahnya pasokan akibat panen di daerah Lumajang, Madura, Jember, Rembang, Wates, dan Temanggung. Sedangkan penurunan harga telur dan daging ayam ras disebabkan oleh tingginya pasokan di tengah permintaan masyarakat yang cenderung menurun.

Advertisement

Sementara itu, pada kelompok ‘administered prices’ koreksi harga terutama terjadi pada bahan bakar rumah tangga yang disebabkan oleh penurunan harga elpiji ukuran tabung 12 kg pada pertengahan September 2015.

“Komoditas lain yang memberikan andil deflasi adalah penurunan tarif listrik dan bensin yang disebabkan oleh penyesuaian tarif di seluruh golongan pelanggan dan kebijakan penurunan harga solar, pertamax, dan pertalite di pertengahan bulan Oktober 2015,” katanya.

Di sisi lain, kelompok inti tercatat mengalami inflasi sebesar 0,11 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan historisnya yang sebesar 0,21 persen.

Advertisement

“Inflasi pada kelompok inti disebabkan oleh kenaikan sewa rumah dan biaya bimbingan belajar,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif