News
Rabu, 4 November 2015 - 09:55 WIB

PENGEMBANGAN BANDARA : Kemenhub Targetkan 100 Bandara Bisa Didarati Boeing 737

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi bandara (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Pengembangan bandara terus dilakukan oleh Kemenhub.

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Perhubungan menargetkan sebanyak 100 bandara di Indonesia dapat digunakan oleh pesawat berbadan sempit atau narrow body dalam lima tahun mendatang. Hal itu bertujuan agar harga tiket pesawat lebih terjangkau bagi masyarakat.

Advertisement

“Hingga lima tahun mendatang, sebanyak 100 bandara bisa digunakan pesawat seperti Boeing 737 atau Airbus A320. Kalau tidak bisa, minimal 75 bandara,” ujar Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, Selasa (3/11/2015).

Untuk merealisasikan rencana tersebut, mantan Dirut PT KAI (Persero) itu berencana memperpanjang landasan pacu yang ada di bandara. Meski demikian, dia mengakui rencana pengembangan 100 bandara tersebut tidak mudah.

Advertisement

Untuk merealisasikan rencana tersebut, mantan Dirut PT KAI (Persero) itu berencana memperpanjang landasan pacu yang ada di bandara. Meski demikian, dia mengakui rencana pengembangan 100 bandara tersebut tidak mudah.

Berdasarkan catatannya, baru sebanyak 50 bandara yang dapat digunakan oleh pesawat berbadan sempit, atau sekitar 21% dari total bandara yang ada di Indonesia pada saat ini sebanyak 237 bandara.

“Pengembangan bandara itu ternyata butuh waktu lebih panjang dari yang diharapkan. Meski begitu, perpanjangan runway perlu dilakukan agar operasional penerbangan itu bisa lebih efisien, dan lebih terjangkau bagi masyarakat,” tutur dia.

Advertisement

Sayangnya, progres peningkatan alat kenavigasian di bandara-bandara masih berjalan lambat. AirNav Indonesia mencatat penyerapan investasi periode Januari-September 2015 baru 34% atau sebesar Rp620 miliar, dari target Rp1,8 triliun.

“Jujur saya tidak happy dengan progres investasi navigasi udara, karena ini bisa mempengaruhi pengembangan bandara, bisnis dan kebutuhan masyarakat akan angkutan udara. Makanya, saya minta ini terus dipercepat,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menilai saat ini Indonesia sudah masuk dalam lima besar negara dengan jumlah penumpang angkutan udara terbanyak.

Advertisement

“Sayangnya, meskipun jumlah penumpang angkutan udara terus membesar, sebagian besar bandara Indonesia masih beroperasi diluar kapasitas mereka, karena minimnya pertumbuhan infrastruktur,” tutur dia.

Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkoordinasi dan berkolaborasi, demi membangun bandara yang berkualitas dan menjawab permintaan yang sangat besar oleh dunia aviasi di Indonesia.

Apalagi, dunia aviasi nasional akan menghadapi tantangan dari kebijakan ASEAN Open Sky pada akhir tahun ini. Dengan demikian, persoalan keamanan, SDM dan infrastruktur yang berkualitas di bandara cukup mendesak.

Advertisement

Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Tengku Burhanudin menilai persoalan klasik dalam penyelenggaraan transportasi udara adalah belum memadainya sarana dan prasarana.

“Mulai dari alat navigasi, landasan dan pengamanan sekitar bandara. Hal ini memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga perlu konsistensi dari pemerintah untuk bisa menyelesaikan persoalan ini,” ujarnya.

Tengku berharap pemerintah segera melengkapi peralatan dan perbaikan infrastruktur bandara, termasuk bandara-bandara di pelosok daerah. Hal ini juga sesuai amanah dari UU No. 1/2099 tentang Penerbangan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif