News
Selasa, 3 November 2015 - 03:10 WIB

KISAH TRAGIS : Sebatang Kara, Bocah 7 Tahun Rawat Ayahnya yang Lumpuh

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Yanglin merawat ayahnya yang lumpuh (Shanghaiist)

Kisah tragis datang dari seorang bocah yang ditinggal ibunya setelah ayahnya menderita kelumpuhan.

Solopos.com, SOLO – Seorang bocah asal Tiongkok menggemparkan dunia maya setelah foto dirinya merawat saat sang ayah yang lumpuh beredar di Internet. Di usianya yang masih belia, ia dengan sabar merawat ayahnya setelah ditelantarkan ibunya.

Advertisement

Menurut Youth Daily, Ou Tongming, pekerja buruh berusia 37 tahun dari desa Wangpu, Guizhou terjatuh dari lantai II sebuah rumah yang sedang direnovasi Juni 2013 lalu. Dengan segera dan panik istri dan putranya membawanya ke rumah sakit.

Ketika itu, ia didiagnosa patah tulang pada bagian rusuk, vertebra dan cedera sumsum tulang belakang, membuatnya lumpuh dari pinggang ke bawah. Perawatan Tongming menghabiskan keuangan keluarga namun kondisinya tak kunjung membaik—sejak itu ia tidak pernah beranjak dari ranjang tidurnya.

Dilansir Liputan6.com dari Shanghaiist, Sabtu (31/10/2015), setelah hampir selama satu tahun tanpa kemajuan, istrinya menelantarkan dia dengan membawa putrinya yang masih berusia 3 tahun.

Advertisement

Saat ini Yanglin duduk di kelas 1 SD, dalam kesehariannya tidak ada kata bermain—setiap pagi ia bangun pukul 6, lalu membuat sarapan untuk ayahnya sebelum berangkat sekolah. Lalu, setelah makan siang di sekolah ia bergegas kembali pulang untuk memberi ayahnya makan.

Tak hanya sampai di situ, sepulang sekolah ia sempatkan diri untuk mengumpulkan sampah di sekitar kampus untuk ditukar dengan uang.

“Ayahku butuh obat-obatan, tapi aku tidak punya uang,” ungkap Yanglin. Ia mengatakan kepada wartawan bisa mendapatkan hampir 20 yuan atau sekitar Rp 50 ribu setiap harinya dari penjualan sampah.

Advertisement

Setibanya di rumah, Yanglin membantu ayahnya mengoles obat pada bagian belakang. Sejak terkekang di tempat tidur, ia telah menderita luka karena terlalu lama berbaring— sementara salah satu luka telah menjadi infeksi, membisul dan menyebar pada ruang panggulnya.

Di samping uang yang didapati atas hasil menjual sampah, Yanglin dan ayahnya hanya bergantung pada dana pemerintah sebesar 300 yuan atau hampir Rp700 ribu setiap bulannya. Namun sejumlah tetangga sekitar berbaik hati memberikan makanan serta bantuan lainnya.

Berniat untuk tidak merepotkan putranya, sudah lebih dari sekali Tongming berpikir untuk mengakhiri hidupnya. “Aku sudah bertekad, namun aku tidak tega meninggalkan anakku sendirian,” ungkap dia.

“Aku tidak bisa hidup tanpa ayahku,” ungkap Yanglin kepada wartawan. Pada kesempatan itu ia juga mengatakan ingin cepat tumbuh dewasa agar bisa mencari uang untuk mengobati ayahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif