Jatim
Senin, 2 November 2015 - 06:05 WIB

PERTANIAN NGAWI : Menristekdikti Yakin Petani Ngawi Bisa Gemukkan Sapi 600 Kg Asal Lakukan Ini!

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menristekdikti Muhammad Nasir bersama pejabat di lingkungan UNS Solo dan Pemkab Ngawi secara simbolis melakukan kegiatan Panen Raya Padi Organik di Desa Duyung, Kecamatan Gerih, Ngawi, Sabtu (31/10/2015). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

Pertanian Ngawi didorong untuk bisa mengembangkan juga sektor peternakan.

Madiunpos.com, MADIUN — Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mendorong setiap petani untuk bisa sekaligus memelihara hewan ternak, khususnya berupa sapi.

Advertisement

“Kalau padi sudah panen, damene [jerami] nggo apa? Saya tadi lewat ada petani yang bakar jerami. Bisa-bisa malah kegiatan itu menimbulkan kebakaran dan bahaya asap,” kata Muhammad Nasir menyambut ratusan petani dalam acara Panen Raya Padi Organik yang digelar Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di Desa Gayung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Jatim, Sabtu (31/10/2015) siang.

Muhammad Nasir menilai petani perlu mempertimbangkan manfaat memelihara hewan ternak sapi. Menurut dia, sapi bisa memakan jerami sisa panen.

Advertisement

Muhammad Nasir menilai petani perlu mempertimbangkan manfaat memelihara hewan ternak sapi. Menurut dia, sapi bisa memakan jerami sisa panen.

Muhammad Nasir melanjutkan kotoran yang dihasilkan sapi lantas bisa diolah untuk dijadikan pupuk kompos. Pupuk kompos yang terbuat, lanjut dia, bisa digunakan petani untuk menyuburkan lahan pertanian.

“Petani sekarang apakah sudah memelihara sapi? Sapi di Ngawi beratnya berapa kilogram? Sekitar 200 kg [per ekor]-300 kg [per ekor]? Berat sapi akan jauh lebih besar apabila petani mau mengolah jerami dengan tepat. Jerami sisa penen diolah dengan cara disilase atau dimasamkan. Hasilnya dipakankan kepada sapi,” saran Muhammad Nasir.

Advertisement

Apabila memelihara hewan ternak, Muhammad Nasir menilai, para petani tidak hanya mendapat pemasukan dari hasil pertanian. “Kombinasi ini dilakukan PT Karya Anugrah Rumpin [KAR] milik Bapak Karnadi Winaga. PT KAR yang berada di Bogor tersebut menerima penelitian dan merekayasa genetik. Kalau di sini ada guru besar, mungkin pernah makan steak namanya wagyu. Beliau [Karnadi] punya sapinya. Beliau juga menyediakan bibit sapinya,” jelas Muhammad Nasir.

Semenyata itu, Muhammad Nasir mengapresiasi komitmen UNS Solo yang telah memberikan kontribusi luar biasa terhadap pendampingan KNOC. Dia berharap UNS Solo terus mendapingi KNOC hingga para anggotanya senakun jaya dan sejahtera. Muhammad Nasir sepakat dengan apa yang dilakukan KNOC dan UNS Solo untuk tetap mengembangkan pertanian organik.

“Bapak petani yang pakai organik enggak usah mikir dari mana datangnya pupuk. Banyak petani yang menggunakan pupuk non organik kebingungan saat musim tanam. Mau nandur gak ana pupuke, kan? Mereka menunggu diatribusi pupuk. Belajarlah pupuk organik, bisa dengan peneliti UNS Solo,” tegas Muhammad Nasir.

Advertisement

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif