Soloraya
Sabtu, 31 Oktober 2015 - 10:55 WIB

ASAL USUL : Ngarum Desa Petilasan Ki Ageng Arum

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jalan masuk Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Asal usul Desa Ngarum Sragen berasal dari petilasan Ki Ageng Arum.

Solopos.com, SRAGEN – Desa Ngarum yang berada di wilayah Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen sehari-hari ramai dilewati masyarakat lintas kabupaten. Lalu lalang kendaraan hampir tak pernah sepi karena menjadi jalur alternatif Sragen-Karanganyar atau Sragen-Ngawi, Jawa Timur.

Advertisement

Nama Desa Ngarum yang berarti bunga dan harum ini ternyata berkaitan erat dengan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Jawa, Kerajaan Demak.

Hal itu disampaikan oleh pembina masyarakat di RT 004 Dukuh Ngarum, Desa Ngarum, Simun Dwija Pangripta, Sabtu (24/10/2015). Kisah terbentuknya Desa Ngarum ini dimulai sekitar abad ke-15.

Advertisement

Hal itu disampaikan oleh pembina masyarakat di RT 004 Dukuh Ngarum, Desa Ngarum, Simun Dwija Pangripta, Sabtu (24/10/2015). Kisah terbentuknya Desa Ngarum ini dimulai sekitar abad ke-15.

Simun menceritakan terbentuknya Desa Ngarum dimulai dari pelarian salah seorang kerabat Keraton Demak yang melakukan pelarian ke Gunung Lawu. Kepergiannya membuat geger kesultanan hingga akhirnya ia dijemput paksa dari Lawu dan diajak kembali pulang.

Kegiatan penjemputan kerabat keraton tersebut dipimpin oleh seorang patih bernama Ki Ageng Arum.

Advertisement

Hutan yang menjadi rute penjemputan dan tempat dikuburkannya Ki Ageng Arum itu kemudian diberi nama Desa Ngarum dan dikenal hingga sekarang.

Layaknya perdesaan lain, Ngarum tak lagi berbentuk hutan belantara. Daerah seluas 452,8420 Ha ini sudah dihuni ribuan penduduk. Ada sekitar 5.125 penduduk yang terbagi dalam 31 RT.

Masyarakat Ngarum rata-rata berprofesi sebagai petani. Menurut Simun, pembangunan infrastruktur daerah tersebut juga cukup baik. “Ya kalau sekarang sudah tidak ada jejak hutannya. Sudah jadi desa yang ramai,” ceritanya.

Advertisement

Kisah yang diceritakan oleh leluhurnya itu bukan tanpa bukti. Petilasan berupa kuburan Ki Ageng Arum masih ada hingga sekarang. Kuburan Ki Ageng Arum ditandai dengan tumpukan-tumpukan batu besar dan dua pohon besar yang tumbuh sejak puluhan tahun lalu.

Menurut Simun, kuburan yang lokasinya di dekat sawah itu sering digunakan sebagai lokasi tasyakuran masyarakat Dukuh Ngarum, Desa Ngarum, sebelum dan sehabis panen raya. Biasanya tasyakuran dilakukan setahun sekali setiap malam Jumat pon seusai panen.

“Hanya sebagai pengingat tradisi dan syukuran bersama karena panen raya. Makan bersama lah,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif