SOLOPOS.COM - Warga melaksanakan Salat Istiska di Alun-alun Wonogiri, Rabu (28/10/2015). Mereka memohon kepada Allah SWT agar lekas turun hujan. (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)
Kekeringan Wonogiri berdampak pada wilayah setempat khususnya di daerah selatan.
Solopos.com, WONOGIRI – Masyarakat Wonogiri berkumpul di Alun-alun Wonogiri, Rabu (28/10/2015), untuk melaksanakan Salat Istiska atau salat meminta hujan. Hal itu dilakukan karena saat ini sebagian warga Wonogiri mengalami krisis air bersih setelah lama tidak turun hujan.
Salat yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan upacara Hari Sumpah Pemuda itu dipimpin oleh imam Lutfi Baehaqi dari Masjid Agung Wonogiri. Sedangkan khutbah disampaikan oleh khatib Supandi.
Supandi mengatakan air merupakan sumber kehidupan bagi manusia maupun makhluk hidup lain yang ada di bumi.
“Kami mohon [Allah] turunkan hujan. Warga di Wonogiri selatan selalu mengalami kekeringan [saat kemarau]. Petani butuh air untuk menanam padi, hewan ternak juga butuh air untuk minum,” kata dia.
Sementara itu Wakil Bupati Wonogiri, Yuli Handoko, yang juga ikut menjalankan Salat Istiska, mengatakan saat ini kondisi di Wonogiri selatan sudah memprihatinkan.Warga kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
Ada sebagian masyarakat yang sampai menjual ternak untuk membeli air bersih.
“Melalui salat meminta hujan ini, kami memohon kepada Tuhan untuk menurunkan hujan,” kata Yuli saat ditemui wartawan di alun-alun, Rabu.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, sampai 26 Oktober lalu jumlah penyaluran air bersih sudah mencapai 3.460 tangki.
Bantuan tersebut disalurkan di sejumlah wilayah yang mengalami krisis air seperti Pracimantoro, Paranggupito, Eromoko, Giritontro, Giriwoyo, Nguntoronadi dan Manyaran.