Jogja
Selasa, 27 Oktober 2015 - 19:20 WIB

PENAMBANGAN PASIR BANTUL : Truk Pasir Dianggap Mengganggu, Warga Buyutan Pasang Spanduk Larangan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu spanduk larangan melintas bagi truk bermuatan pasir yang dipasang warga di kawasan Dusun Buyutan, Desa Trimurti, Srandakan, Senin (26/10/2015). (Harian Jogja/Arief Junianto)

Penambangan pasir Bantul di Dusun Buyutan dianggap meresahkan karena menyebabkan truk pasir berlalu lalang

Harianjogja.com, BANTUL-Jengah dengan banyaknya truk pengangkut pasir yang melintas di jalan desa mereka, warga yang tinggal di sepanjang simpang empat Gejlik Pitu hingga Dusun Buyutan, Desa Gadingsari memasang spanduk larangan melintas bagi truk-truk tersebut.

Advertisement

Dari pantauan Harian Jogja, setidaknya ada lima buah spanduk terpasang dengan bertuliskan ‘Truk Pasir Dilarang Lewat’. Spanduk itu sengaja dipasang warga lantaran banyaknya truk bermuatan pasir yang nekat melintasi jalan tersebut.

“Padahal jalan ini kan jalan alternatif. Bukan untuk jalan truk [bermuatan] pasir,” ucap Danang, warga Dusun Tunjungan, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Senin (26/10/2015) siang.

Itulah sebabnya, hingga kini setidaknya sudah ada sembilan dusun yang sepakat untuk melarang truk pasir melintas, diantaranya Dusun Buyutan, Puron, Blantikan, Klatak, Godegan, Tunjungan, dan Puluhan.

Advertisement

Diakuinya, warga sudah berulang kali menegur para pengemudi truk itu untuk tak melintasi jalur alternatif tersebut. Pasalnya, akibat kerap dilintasi truk bertonase besar, beberapa bagian jalan tersebut kini rusak. Bahkan, tak jarang banyak pengguna jalan yang mengalami kecelakaan akibat rusaknya jalan tersebut.

Ia menambahkan, truk-truk yang memuat pasir dari Sungai Progo melintasi jalan alternatif nyaris sepanjang hari. Truk-truk itu mulai memilih jalur alternatif tersebut sejak enam bulan lalu. “Paling mereka menghindari pungutan dari polisi di Pos Lalu Lintas Srandakan,” katanya.

Hal itu dibenarkan oleh salah satu pengemudi truk asal Klaten yang tak bersedia disebutkan namanya. Ia mengakui, jalur alternatif tersebut kerap dipilih oleh beberapa kawannya dengan alasan jarak tempuh. “Bukan karena apa-apa. Cuma kalau lewat jalan itu, truk tidak terjebak macet,” akunya.

Advertisement

Hanya saja, saat ditanya mengenai alasan untuk menghindari pungutan dari petugas polisi lalu lintas, ia enggan banyak berkomentar. Meski tak membantah, namun ia juga tak menampik adanya pungutan tersebut. “Tapi kalau saya sih belum pernah,” akunya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif