Soloraya
Rabu, 21 Oktober 2015 - 16:15 WIB

KEKERINGAN SRAGEN : Bantuan Tak Merata, Warga Tangen Rebutan Air

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengambil air bantuan dari organisasi kemasyarakatan di Dusun Bakbunder, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen, Rabu (21/10/2015). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Kekeringan Sragen akibat musim kemarau membuat warga kekurangan air bersih.

Solopos.com, SRAGEN — Sebagian warga Sragen yang terdampak kekeringan terpaksa berebut air bersih karena bantuan yang disalurkan berbagai pihak kurang merata.

Advertisement

“Bantuan air itu tidak pasti datangnya. Biasanya dua pekan sekali. Padahal, bantuan air itu sudah habis hanya dalam dua hari,” kata Rawati, 47, warga Brakbunder, Desa Katelan, Tangen, Sragen, di rumahnya, Rabu (21/10/2015).

Ia menceritakan pada Selasa (20/10/2015) malam, terdapat bantuan satu tangki berisi 6.000 liter air dari perusahaan swasta kepada warga Dusun Brakbunder. Bantuan air itu langsung diserbu warga yang berjumlah lebih dari 30 orang.

“Banyak yang tidak dapat air. Kalau tidak mau berdesak-desakan ya tidak akan dapat air. Saya hanya dapat satu jeriken air setelah berdesak-desakan dengan warga lain,” terang Rawati.

Advertisement

Selama tidak ada bantuan, warga harus mendatangi sumur-sumur pantek di area persawahan milik warga yang jaraknya lebih dari 1 km dari permukiman.

Air bersih yang didapat warga diprioritaskan untuk keperluan memasak, mencuci dan ternak. Bahkan, warga setempat rela tidak mandi selama berhari-hari untuk menghemat penggunaan air.

“Bisa mandi dua hari sekali sudah beruntung. Kadang kami tidak mandi selama beberapa hari. Paling kami hanya mengusap tubuh dengan kain basah supaya badan terasa lebih segar seperti habis mandi,” ujar Marijo, 52, warga lainnya.

Advertisement

Ketua RT 010 Dusun Brakbunder, Sri Wahono, mengakui bantuan air yang disalurkan kepada warganya tidak merata dan tidak kontinu.

Dia mengakui penyaluran bantuan air bersih pada Selasa malam sempat diwarnai sedikit keributan.

“Warga saling dorong untuk mendapatkan air. Mereka berdesaka-desakan karena takut tidak mendapat bagian. Saya bahkan harus teriak-teriak untuk menenangkan warga saya. Saya marah kepada warga yang sudah dapat air bersih tapi masih nekat menyerobot jatah orang lain,” paparnya.

Sri Wahono menginginkan berapapun bantuan air yang diberikan itu bisa dibagi rata.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif