Soloraya
Selasa, 20 Oktober 2015 - 10:35 WIB

KAMPOENG BATIK LAWEYAN : Batik Laweyan akan Kembangkan Green Eco Batik

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wisatawan berbelanja batik (JIBI/Solopos/Dok.)

Kampoeng Batik Laweyan akan mengembangkan konsep green eco batik yang ramah lingkungan.

Solopos.com, SOLO – Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan akan mengembangkan batik Laweyan sebagai pelopor Green Eco Batik.

Advertisement

Upaya itu untuk mengurangi pencemaran lingkungan terutama di sungai sehingga mendukung Solo menjadi Eco Cultural City atau kota budaya yang ramah lingkungan.

Hal itu diungkapkan Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Febela Priyatmono, saat menghadiri jumpa wartawan dalam launching Kampoeng Permata Jayengan, Serengan, akhir pekan lalu.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Febela Priyatmono, saat menghadiri jumpa wartawan dalam launching Kampoeng Permata Jayengan, Serengan, akhir pekan lalu.

Untuk mewujudkan rencana itu, ia akan bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi di Solo untuk penelitian penggunaan pewarna alam dalam industri batik.

“Banyaknya penggunaan bahan kimia dalam pewarnaan batik bisa memperparah polusi lingkungan terutama di sungai. Untuk itu, kami merencanakan pembuatan batik ramah lingkungan salah satunya dengan pewarnaan alami,” katanya.

Advertisement

Tiga tahap yang dilakukan berupa lima tahun pertama adalah membangun kesadaran publik tentang pentingnya penghijauan dengan budidaya hutan tanaman pewarna alam.

Ia akan bekerja sama dengan Edupark Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Colomadu yang memiliki total lahan sekitar lima hektare.

Kemudian upaya selanjutnya adalah penelitian pengolahan warna alam yang awet seperti saat menggunakan bahan kimia. Sebab, kelemahan pewarna alam adalah mudah luntur sehingga kurang diminati konsumen.

Advertisement

Sedangkan lima tahun kedua berupa penataan kawasan ramah lingkungan dengan pengolahan limbah sehingga aman saat dibuang ke sungai.

Pada lima tahun terakhir berupa manajemen ramah lingkungan dalam hal kesadaran para pemilik usaha, tenaga kerja, dan mengurangi penggunaan bahan pewarna sintetis dalam pembuatan batik.

“Dengan upaya itu, kami ingin menjadi penggerak industri bersih di bidang usaha batik. Kami ingin menyusul prestasi Jogja yang kini disebut sebagai Kota Batik Dunia,” ujarnya.

Advertisement

Selain itu, ia pun pun ingin melestarikan sejarah batik yang menjadi usaha rakyat yang murah, kreatif, dan bisa menjadi usaha sampingan. Terkait rencana itu, ia telah mengusulkan secara lisan dengan beberapa kementerian seperti pariwisata, perdagangan, dan koperasi.

Menurutnya rencana jangka panjang itu perlu dukungan semua pihak agar bisa terealisasi secara maksimal. “Kami ingin Kampoeng Batik Laweyan bisa semakin berkembang sehingga lebih mengangkat nama Solo di tingkat nasional, bahkan bisa mendunia,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif