Soloraya
Kamis, 15 Oktober 2015 - 23:15 WIB

POLEMIK DAGING ANJING : Sengsu Jadi Khazanah Kuliner Solo

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PKL yang menjual sate jamu dan rica-rica guk-guk (Dok/JIBI/Solopos)

Polemik daging anjing, sengsu tak terlepas dari nilai historis dan antropologis.

Solopos.com, SOLO--Sejarawan muda, Heri Priyatmoko, memandang fenomena peredaran satai guk-guk atau tongseng asu (sengsu) di Solo tak terlepas dari nilai-nilai historis dan antropologis yang tumbuh di lingkungan kota.

Advertisement

Dia menilai pelarangan memakan sengsu belum tentu disepakati secara kolektif lantaran masakan tersebut sudah menjadi khazanah kuliner di Solo.

“Dialektika kebudayaan bakal sempit dan berjalan di tempat jika hanya mengedepankan sisi pencinta satwa ataupun doktrin keagamaan menyikapi polemik sengsu,” ujar Heri saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (15/10/2015).

Dosen Universitas Sanata Dharma Joga yang menekuni sejarah kuliner nusantara ini mengatakan tumbuhnya kuliner nusantara seperti sengsu tak lepas dari kepercayaan animisme dan dinamisme pada zaman dulu.
Sebelum Islam masuk ke nusantara, Heri menyebut babi dan anjing merupakan sumber utama konsumsi daging. Peternakan babi dan anjing perlahan beralih menjadi peternakan kambing setelah Bali dan Madura mengekspor hewan itu sebagai upeti pada Kerajaan Majapahit, abad XIV.

Advertisement

Heri menilai sengsu tetap bertahan di zaman modern karena konsumennya tetap ada. “Kultur kuliner sengsu sudah menjadi bagian dari wajah kota. Larangan mengonsumsi sesuatu hendaknya tidak dipukul rata. Pertimbangkan juga kearifan budaya setempat,” kata dia.

Dia tak menampik kuliner daging anjing tak tertulis di Serat Centhini yang notabene memuat ratusan masakan yang tersebar di Pulau Jawa. Dia melihat karya sastra tersebut cenderung bersandar pada nilai-nilai Islam yang dibumikan Sultan Agung.
Di sisi lain, Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, belum melihat sengsu sebagai kuliner khas Solo yang banyak dicari wisatawan. Dia mengatakan turis dalam negeri maupun luar negeri lebih memilih jenis kuliner seperti tengkleng, nasi liwet, timlo hingga serabi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif