Soloraya
Kamis, 15 Oktober 2015 - 21:40 WIB

KETAHANAN PANGAN KLATEN : Pemkab Dukung Tempe Jadi Warisan Budaya ke UNESCO

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Usaha produksi tempe (Dok/JIBI/Solopos)

Ketahanan pangan Klaten, Pemkab Klaten mendukung Pergizi Pangan Indonesia mengajukan tempe jadi warisan budaya.

Solopos.com, KLATEN–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten mendukung penuh upaya Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia dan Forum Tempe Indonesia menjadikan tempe sebagai penganan warisan budaya dunia ke United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Advertisement

Saat ini, produsen tempe yang diyakini berasal dari Klaten ini sudah memiliki penggemar di 20 negara di dunia. Hal itu terungkap saat digelar Seminar Tempe, dari Klaten untuk Indonesia dan Dunia di Pendapa Pemkab Klaten, Kamis (15/10/2015).

Hadir sebagai pembicara Ketua Forum Tempe Indonesia, Made Astawan; Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Marry Astuti; Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Rimbawan; pelaku pembuat tempe asal Klaten, Sudiro Niti Suhardjo. Kegiatan yang dihadiri sejumlah kepala desa (kades), pengelola sekolah, dan anggota Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Klaten ini dibuka langsung Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat, Purwanto Anggono Cipto.

Dalam sambutannya mewakili bupati Klaten, Purwanto Anggono Cipto, mengatakan Pemkab Klaten berencana membangun monumen tempe sebagai wujud dukungan tempe sebaga warisan budaya dunia. Monumen tersebut akan dibangun 2016.

Advertisement

“Tempe ditemukan dalam serat centhini jilid III [tempe berasal dari Bayat, Klaten]. Monumen tempe yang akan dibangun diharapkan bisa menjadi simbol sejarah kota kelahiran tempe. Tempe telah memperoleh kedudukan tinggi di antara jenis penganan di Indonesia. Ke depan, Klaten juga perlu dirancang sebagai tempat eco-edu-wisata tempe,” kata Purwanto Anggono Cipto, di sela-sela seminar.

Ketua Forum Tempe Indonesia Indonesia, Made Astawan, kebutuhan nasional terhadap tempe di Indonesia per tahun mencapai 2,5 juta ton. Sementara, produksi tempe di Indonesia baru mencapai 800.000 ton per tahun. Sebagai bangsa produsen tempe di dunia, tingkat produksi tempe di Indonesia terbilang masih kecil.

“Tempe ini sudah dikonsumsi di 20 negara, seperti Indonesia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. Ini terus kami perjuangkan agar tempe bisa diajukan sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH) ke UNESCO [tempe ditarget diterima UNESCO tahun 2018],” kata dia.

Advertisement

Pelaku pembuat tempe asli Klaten, Sudiro Niti Suhardjo, mengatakan daerah sebaran pembuat tempe di Kota Bersinar di antaranya berada di Pedan, Cawas, Bayat, Trucuk.

“Paku Buwono [PB] II pernah salat di masjid Sanggrahan di Pedan. Waktu itu, PB II kersa dhahar tempe [bersedia makan tempe],” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif